Senin, 08 Juni 2009

GURU IDOL, Me!

Written by Syofian Hadi

Guru Idol? Aku langsung teringat dengan kontes ajang mencari penyanyi baru "Indonesian Idol" saat melihat pamflet seminar nasional pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusana Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Universitas Lampung ini, karena warna dan font yang digunakan pada logo Guru Idol ini hampir sama persis dengan logo Indonesian Idol.

“GURU IDOL”
MENJADI GURU YANG PROFESIONAL BERDEDIKASI TINGGI DAN DICINTAI ANAK DIDIK




Begitulah temanya. Tema umumnya mungkin sudah cukup sering diangkat. Tapi ‘Guru Idol’ sangat menarik perhatianku, aku menjadi bertanya-tanya sendiri seperti apakah guru idol itu. Tema yang seperti ini memang jarang sekali diangkat dalam sebuah seminar pendidikan. Lagi pula, bagaimana tidak menarik, pada pamflet tersebut tertulis nama Ketua MPR RI DR. H.M Hidayat Nurwahid, MA. sebagai keynote speaker. Ketiga pembicaranya pun juga tak kalah menarik, yaitu:

1. Dr. Sulistyo, M.Pd. (Ketua Umum PGRI Pusat)
2. Ir. Johnson Napitupulu, M.Sc. (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung)
3. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. (Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung)

Karena rasa penasaranku yang sangat besar mengenai ‘Guru Idol’ ini, aku putuskan untuk mengikuti seminar ini, aku juga ingin menjadi guru idola yang diidolakan oleh semua siswaku kelak.

Tapi sayang, semangatku yang menggebu-gebu menjadi agak sedikit menurun. Karena pada hari H kemarin, Minggu 7 Juni 2009, ternyata tidak 100% sesuai dengan apa yang dipromosikan sebelumnya; keynote speaker dan dua pembicara yaitu DR. H.M Hidayat Nurwahid, MA., Dr. Sulistyo, M.Pd., dan Ir. Johnson Napitupulu, M.Sc. berhalangan hadir. Hanya Dr. Undang Rosidin, M.Pd., yang tidak berhalangan. Kedua pembicara yang berhalangan hadir tersebut digantikan oleh Wakil Ketua PGRI Provinsi Lampung Dra. Hj. Maysari Berty, M.Sc., dan Kabid. Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Dr. Khaidarmansyah, SH., M.Pd.

Yang menjadi pembicara pertama adalah Ibu Dra. Hj. Maysari Berty, M.Sc. Beliau menjelaskan latar belakang dan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan seperti rendahnya kualitas pendidikan yang tidak dapat terlepas dari rendahnya kualitas para pendidik. Menurut beliau, guru harus memenuhi kriteria guru profesional, berdedikasi tinggi, dan mencintai anak didik dengan cara memahami dimensi dan model pembelajaran.

Pembicara kedua adalah Bapak Dr. Khaidarmansyah, SH., M.Pd. Menurut beliau, guru merupakan salah satu komponen pendidikan. Oleh karena itu, sesuai dengan UU Guru dan Dosen No. 14 / 2005, guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik, dan menguasai kompotensi bidangnya. Sehingga guru yang profesional dan bermutu akan menjadi idola dan dicintai oleh anak didiknya.

Pembicara yang ketiga adalah Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Beliau menjelaskan mengenai hal-hal yang disenangi dan tidak disenangi para siswa. Guru idola harus memiliki 3 H, yaitu:
1. Head; memiliki kompetensi, wawasan luas dan inovasi.
2. Heart; melaksanakan tugas dengan “hati” (berempati, penuh kehangatan, memahami dan mengenal kepribadian anak).
3. Hand; memiliki keterbukaan dan sifat humoris sehingga anak termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh ketiga pembicara, aku menobatkan Pak Undang sebagai ‘Pembicara Idol’. Penjelasan beliau sangat tepat sasaran dan sesuai dengan tema yang aku tunggu-tunggu.


Kesimpulanku, guru yang diidolakan semestinya harus memiliki kriteria profesional, standar kompetensi yang lengkap, dan mengenal pribadi anak. Meskipun pada kenyataannya guru yang diidolakan siswa belum tentu memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Guru yang ramah, ramai, gaul, pintar, lucu, memberi kelonggaran dan kebebasan biasanya diidolakan oleh para siswa ketimbang guru yang profesional dan tegas dalam menegakkan kedisiplinan, meskipun para guru tersebut memiliki kriteria profesional dan bisa dikatakan pintar. Jadi, guru idola belum tentu guru yang memenuhi kriteria keprofesionalan guru, sebaliknya guru profesional belum tentu diidolakan para siswa.

Ambil contoh saja kontes ajang mencari penyanyi baru Indonesian Idol, tidak semua pemenang Indonesian Idol memenuhi kriteria penyanyi profesional, meskipun para juri telah mengkritik atau menyatakan bahwa penampilan kontestan tersebut tidak bagus atau tidak layak, tetapi jika para penonton suka sehingga pooling sms-nya teratas, maka dia akan tetap dinobatkan menjadi idol. Begitu juga sebaliknya, kontestan yang memenuhi kriteria penyanyi profesional belum tentu disukai para penonton, meskipun para juri telah menilai baik dan memuji penampilannya, karena para penonton tidak menyukainya sehingga poolingnya sms-nya rendah, maka kontestan tersebut gagal meraih gelar idol. Kontes ini hanya mengacu pada pooling sms karena rasa suka dan tidak suka para penonton

Jadi menurut saya, mari kita menjadi guru ideal, yaitu guru yang profesional dan diidolakan. Perlu usaha, pembelajaran, dan kesabaran untuk mencapai ideal ini. Mari kita terapkan rumus 3H dari Pak Undang; HEAD, HEART, HAND MAKE IDEAL.

Akhirnya semua kekurangpuasanku terhadap kinerja panitia penyelenggara terbayar dengan penyajian materi dan dialog dari ketiga pembicara tersebut, cukup memuaskan. Aku menjadi lupa bahwa aku tidak diberi blocknote dengan alasan kehabisan, aku lupa bahwa Pak Hidayat Nurwahid dan kedua pembicara lainnya berhalangan hadir, aku lupa semua isi janji di pamflet yang aku lihat bebrapa waktu lalu, apalagi ketika aku disungguhkan makan siang yang aku tunggu dengan cukup lama tanpa air minum pun tidak aku ambil pusing, yang aku ingat adalah “Ya, aku adalah seorang guru, guru ideal adalah aku!”. Insya Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Tolong tinggalkan alamat e-mail, blog atau website Anda.