Jumat, 28 Agustus 2009

Al-Farghani

Written by Syofian Hadi

“Di, siapa sih Alfarghani? Bapakmu ya?” Wajar saja jika ada beberapa teman menanyakan hal itu karena semua alamat e-mail, blog, atau nama penaku pasti berbau-bau nama Al-Farghani, aku tambahkan nama Alfarghani di belakang namaku. Dulu semasa SMA aku suka membaca majalah Annida punya kakak perempuanku, di dalamnya ada banyak tulisan, puisi dan cerpen yang luar biasa bagusnya. Ada keinginan menjadi seorang penulis juga. Ada puisi yang aku buat dan rencananya dulu akan aku coba kirimkan ke Annida agar dimuat. Saat itu belum ada nama pena, entah mengapa ingin menggunakan nama yang berbeda, padahal namaku sendiri sudah cukup bagus sekali, hehehe. Tak sengaja aku menemukan buku Pendidikan Agama Islam, kalau tidak salah buku untuk siswa SMP kelas 3, di dalamnya ada bab mengenai ilmuwan-ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina, dan lain-lainnya. Kemudian ada nama Al-Farghani, nama lengkapnya Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani. Tidak seperti Ibnu Sina yang informasinya cukup banyak, untuk Al-Farghani informasi yang tertulis di buku tersebut tidak cukup banyak, hanya menerangkan bahwa ia adalah seorang astronom. Sejak saat itu aku menggunakan nama Alfaghani dibelakang namaku, Hadi Alfarghani, walau puisiku tak pernah dimuat, hehehehe. Beberapa saat aku jarang menggunakan nama itu lagi, bahkan hampir lupa. Pada awal 2006, aku ingin membuat account friendster, syaratnya harus punya e-mail, kemudian aku gunakan lagi nama tersebut.

So, siapa sih sosok Alfarghani ini? Ada beberapa sumber di internet yang menuliskan biografi singkat mengenai sosok beliau, aku copy salah satunya dari http://rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan/4-newsflash-3.html

Al Farghani, Rujukan Astronom Eropa

Astronomi merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini umat Islam mampu mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga di dalamnya. Tak heran pula jika banyak astronom Muslim dan menyumbangkan pemikirannya dalam karya yang dibukukukan.

Sebagian besar karya mereka pun menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di Eropa.

Salah satu astronom Muslim yang berhasil menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Pria yang karib disapa Al-Farghani ini lahir di Farghana. Ia adalah salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.

Pada masa itu pemerintah memang memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.

Al-Farghani bersama astronom lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi, meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.

Dan kemudian Al-Farghani pun mampun menuliskan sebuah karya astronomi yang di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia menuliskan Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan celestial dan kajian atas bintang.

Pada abad kedua belas buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.

Selain itu ia pun kemudian berhasil menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farggani menjabarkan pula jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.

Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an.

Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan ia masukan dalam karyanya, La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam bahasa Yahudi.

Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Al-Farghani di Eropa.

Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.

Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya di bidang teknik.

Ini terbukti jika kita mengutip ucapan seorang ilmuwan yang bernama Ibn Tughri Birdi. Ia menyatakan, Al-Farghani pernah ikut dalam melakukan pengawasan pembangunan Great Nilometer, merupakan alat pengukur air, di Fustat atau Kairo Lama.

Bangunan tersebut rampung pada 861 bersamaan dengan meninggalnya Kalifah Al-Mutawwakil yang memerintahkan adanya pembangunan Nilometer tersebut. Tughri menyatakan bahwa semula Al-Farghani memang tak dilibatkan. Namun ia akhirnya terlibat juga karena harus melanjutkan tugas yang dibebankan kepada putra khalifah yaitu Musa Ibn Shakir, Muhamad dan Ahmad.

Ia harus melakukan pengawasan atas penggalian kanal yang dinamakan Kanal Al-Ja'fari di kota baru Al-Ja'fariyya, yang letaknya berdekatakan dengan Samaran di daerah Tigris. Al-Farghani saat itu memerintahkan penggalian kanal dengan membuat hulu kanal digali lebih dalam dibandingkan bagian lainnya.

Maka tak ada air yang cukup mengalir pada kanal tersebut kecuali pada saat permukaan air Sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan Al-Farghani ini kemudian didengar oleh sang khalifah dan membuatnya marah. Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali.

Sind membenarkan perhitungan yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima kebijakan tersebut. Dalam bidang teknik, Al-Farghani juga menelurkan karya dalam bentuk buku yaitu Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal al-Rukhamat.

@_@ Subhanalloh, keren kan ilmuwan kita? Walau sekarang nyatanya aku justru tidak berkecimpung dengan dunia yang ada hubungannya dengan astronomi dan teknik. Tapi, kita kan bisa jadi ilmuwan bidang apa saja yang bermanfaat bagi umat. Amiiin. Yuk, kita buat sejarah baru!

Jumat, 21 Agustus 2009

Marhaban Yaa Romadhon

written by Syofian Hadi
(taken from mate's sms)

Besok,
Nafas ini menjadi tasbih..
Tidur ini menjadi ibadah..
Doa ini diijabah..
Pahala ini dilipatgandakan..

Insya Alloh,
Besok,
kita mulai berjuang menggapai kemenangan..

Marhaban Yaa Romadhon..
Marhaban Yaa Syahru Syiam..
Mohon maaf lahir dan batin..

Senin, 17 Agustus 2009

Indonesia 64th Anniversary

Written by Syofian Hadi



Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Alhamdulillah, Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 64.

Merdeka!

Merdekalah saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, Indonesia tercinta!

Merdekalah dari penjajah! Penjajah moral, penjajah pendidikan, penjajah kesehatan, penjajah ekonomi, penjajah keamanan, penjajah..penjajah!

Jangan lagi ada anak negeri ini yang tidak bersekolah, diusir dari sekolah karena tak memiliki uang....

Jangan lagi ada rakyat negeri yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, diusir dari rumah sakit, lagi-lagi karena tidak memiliki uang....

Jangan lagi ada anak-anak yang menggelandang menyambung hidup dengan mengorbankan masa kanak-kanak mereka yang indah!

Jangan lagi ada yang kelaparan!

Jangan lagi ada pengangguran!

Jangan lagi ada pengemis di jalanan!

Jangan lagi ada yang mati sia-sia karena Narkoba!

Jangan lagi ada TKI tersiksa di negeri jauh sana!

Jangan lagi ada koruptor!

Jangan lagi ada bom!

Jangan! Jangan ada lagi!! Jangan! Hentikan!

Bukan aku tak bersyukur, justru aku sangat bersyukur atas keadaan Indonesia tercinta yang jauh lebih baik dibandingkan 64 tahun lalu. Namun, masih ada yang belum menikmati kemerdekaan ini dengan sepenuhnya, mereka memiliki berhak merasakan juga ’kan nikmat kemerdekaan negeri ini?

(.....................Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,maka penjajahan di atas dunia ini harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
.............................)


Ya Alloh, berikanlah kemerdekaan kepada saudara-saudara kami di Palestina. Merdeka Palestina!! Merdeka! Allohu akbar!!!

Selasa, 11 Agustus 2009

WHICH WORDS ARE OURS?

Written by Syofian Hadi

Jangan pernah sebut “MOSQUE” tetapi sebut “MASJID”.
“MOSQUE” diperoleh dari kata dalam bahasa Spanyol, yaitu “MOSQUITO” (nyamuk). Dinamakan sepert itu karena saat Perang Salib terjadi, Raja Ferdinand berkata bahwa mereka akan berangkat dan membasmi Muslim “like mosquitoes” (seperti nyamuk-nyamuk). (Dimana lagi mereka dapat temukan muslim dalam jumlah yang cukup besar untuk dibasmi jika bukan di Masjid?). Lalu tanpa rasa sungkan mereka menyebut “MASJID” sebagai “MOSQUE”.

Koreksi:
Sebenarnya pernyataan tersebut terdapat dalam buku yang berjudul “The Complete Idiot's Guide to Understanding Islam”. Dan seperti halnya judul bukunya, hal ini bukan merupakan hal yang sebenarnya. (http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=story_9-2-2003_pg3_7)
Berdasarkan etymologi-nya, dapat dirunut bahwa tidak ada hubungan semantik antara kata “MOSQUE” dengan “MOSQUITO”. Bahasa Inggris kata “MOSQUE” (tahun 1400) itu berasal dari kata dari bahasa Italy “MOSCHEA”.
Oxford’s New English Dictionary dan Miriam-Webster's New International Dictionary melaporkan penggunaan kata “MOSQUED” pada tahun 1902.
(http://listserv.linguistlist.org/cgi-bin/wa?A2=ind0301b&L=arabic-l&P=1505)
Kata “MOSQUE” dalam bahasa spanyolnya adalah “MEZQUITA” dan berbeda sekali dengan kata “MOSQUITO” yang dalam bahasa spanyolnya adalah “MOSCA”

Tulisan dan koreksi di atas saya dapatkan dari http://www.icmi.or.id/ind/content/view/37/1/

Nah, kalau yang berikut ini saya dapatkan dari sms-sms teman-teman saya satu tahun lalu yang masih saya simpan. Entah dari sumber mana mereka mendapatkan informasi ini.

Jangan pernah berkata “MOSQUE” tetapi sebut “MASJID” karena umat Islam menemukan arti “MOSQUE” = “MOSQUITOES” yang artinya nyamuk atau kelambu.

Jangan menulis “MECCA” tetapi tulislah yang benar “MAKKAH” karena “MECCA” = rumah pembuatan wine.

Jangan menulis “MOHD”, tulis dengan lengkap “MUHAMMAD” karena “MOHD” = anjing dengan mulut besar.

Jangan menulis “4JJI” tulislah “ALLAH SWT” karena “4JJI” = untuk yesus isa almasih yahudi.

Jika kamu ingin memotong “ASSALAMUALAIKUM” katakanlah “ASSALAM”, jangan “ASS”, karena “ASS” = Pantat.

Hingga saat ini saya belum menemukan koreksi dari informasi-informasi di atas. Tetapi saya tetap mengikuti anjuran dari sms-sms tersebut, bukan dengan landasan etimologi (ilmu asal kata) yang belum jelas kebenarannya melainkan kembali ke dasar saja, karena terasa lebih jelas dan indah saja.
Pada saat mengirim sms, saya tidak menyingkat “ASSALAMUALAIKUM” dengan terlalu singkat, tho tidak ada ruginya, sms kan sekarang ini sudah begitu murah sekalis, saya menyingkatnya menjadi ”ASLMLKM”, hilangkan huruf vokalnya saja.
Untuk nama ”ALLAH”, saya tidak berani menyingkatnya, jadi tetap saya tulis ”ALLOH SWT”.
Begitu juga untuk nama nabi ”MUHAMMAD”, saya tidak berani menyingkatnya.
Tulis sajalah seperti biasanya, tidak perlu disingkat.
Untuk “MASJID” dan “MAKKAH” dalam kehidupan sehari-hari ketika berbahasa Inggris pun saya tidak menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris menjadi “MOSQUE” dan “MECCA”, saya mencoba membiasakan menggunakan nama aslinya saja, toh kita tidak perlu menerjemahkan kota ”NEW YORK” menjadi ”YORK BARU” atau menuliskannya menjadi ”NYU YORK” ketika kita sedang berbahasa Indonesia bukan?

Lalu , bagaimana dengan ”MOSLEM”?
Saya pun sempat terkejut ketika Salim A. Fillah dalam bukunya ”Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim” menyarankan kita agar tetap menggunakan kata ”MUSLIM”. Subhanalloh, terima kasih atas infonya pak. Pada Bab 2 dalam buku tersebut (hal. 75) tertulis:

Ejekan zaman Reconquesta menyebut Masjid sebagai mosque, hunian mosquito, alias sarang nyamuk. Begitu juga kata “MOSLEM”. Jangan pernah mengambil definisinya dari buku Psikologi dunia Victor E. Frankl, Man’s Search for Meaning ataupun From the Death Camp to Existentialism. Mengapa?

Karena Frankl, Yahudi Austria yang survive dari kamp konsentrasi NAZI di Auschwitz hingga Daffa itu menyebut rekan-rekannya sesama tawanan yang tidak bisa survive di kamp sebagai moslem. Moslem, menurut Frankl, adalah mereka yang tidak lagi memancarkan semangat untuk hidup, putus asa, lemah, dan siap untuk dimasukkan ke kamar gas. Saya tidak tahu dari mana dia memulai propaganda ini. Yang jelas, faktanya mengatakan sebaliknya. Para penghuni kamp konsentrasi yang terdiri atas muslim Balkan jauh lebih tangguh daripada para Yahudi Eropa.

Berbahasa Inggrislah.. Tetapi abadikan kata masjid seperti Al Qur’an menamai. Tetapi sebut dan tuliskan kata muslim sebagaimana ilmu tajwid menata lafazhnya.

@_@ Subhanalloh, sangat tepat sekali saran terakhir di atas dari Pak Salim ini sehingga sengaja saya cetak tebal.

(special acknowledgment to the committee of EURO FPPI Unila that had given me this awesome book, jazakumulloh khoiron katsir)

Rabu, 05 Agustus 2009

Words of Mine to SNMPTNers

By Syofian Hadi

Assalamu'alaikum wr wb.

Subhanalloh walhamdulillah.. I want to say congratulation for all my beloved students who successfully passed the SNMPTN 2009. Do your best to pay the meaning of this success. Straighten your goal, make your akhirat project better for everyday (do this together with me, I still, GO!)

And for my students, who haven't got this chance, never be sad. You are not failed.
We have our plan, and so does Alloh SWT, and it is true that plan happened is what has become Alloh's plan. Therefore, if you have strengthened your ikhtiar, give it up to Alloh, whatever the result is the best.

But it is possible that you dislike a thing which is good for you, and that you love a thing which is bad for you. But Allah knows, and you know not. (Al-Baqarah:216)

To me, you are still the winners who have won in managing all condition you got yesterday positively and wisely. Still there are many ways!

Congratulation to my little sister Deswinda, my brother Akhi Heri Firmansyah, FARIS brotherhood Yosse and Danang. Then, Ryan Falamy, Lana Ariando, Gandha, Noryken, Ike, Salsabila, Chichie, Tatang, and many more.

Speciall for Leony, You've proved yourself as a wonder woman who believes God's secret, better than we know. Go and keep fighting!!!