Jumat, 19 Februari 2010

Valentine’s Day and the Victims

-->
Written by Syofian Hadi

Siswi SMP Diperkosa teman
BANDAR LAMPUNG – Siswi sebuah SMP di Bandar Lampung, Mun (15), warga Tanjungkarang Timur, mengaku diperkosa teman barunya, Iv, Minggu (14-2). Keduanya berkenalan melalui ponsel.
Iv mengajak Mun merayakan Valentine hingga Mun tak sadar dicekoki minuman keras dan dinodai di sebuah hotel. Karena tak pulang selama dua hari, ibu gadis itu pu memeriksa kondisi putrinya. Kecurigaan muncul karena pada pakaian dalam gadis terdapat bercak darah. Akhirnya Mun dibawa ke RSUAM untuk diperiksa. “Waktu saya minum, rasanya kemasaman. Setelah itu saya nggak ingat apa-apa,” ujar Mun.
(Hal. 2, Lampung Post – Selasa, 16 Februari 2010)

Friends, what do you feel after you read this?
Shock, sedih, kesal, marah, menyesalkan, ntah seperti apa perasaanku saat membaca berita ini. Ntah kepada siapa aku melampiaskan perasaanku yang bercampur aduk ini, ke pelaku? Korban? Orang tua? Media? Atau kepada siapa?
Kalau sudah begini semua rugi, si pelaku kejahatan rugi karena telah menyia-nyiakan hidupnya untuk bermaksiat dan hotel prodeo pun tak sabar menanti dirinya untuk disinggahi. Bagaimana dengan korban? Sebagai seorang perempuan pasti rugi berkali lipat. Maaf, saya tiada maksud membuka lagi luka perasaan keluarga korban, tapi semoga pengalaman ini dapat diambil hikmahnya oleh setiap orang.
Kejadian seperti ini memang mungkin saja bisa terjadi tidak hanya di hari Valentine. Tetapi di hari Valentine ini lah moment di mana muda mudi melakukan begitu banyak kemaksiatan karena mereka merasa dipermudah dan seolah-olah “dihalalkan” di atas dasar hari kasih sayang. Kemudian lupa akan dosa dan dampak yang akan mereka dapatkan. Begitu banyak berita sejenis ini, tapi tak banyak yang menyadari akan bahaya hari Valentine ini.
Ketika berita ini aku sampaikan kepada seorang teman, jawabnya adalah “Ah, itu mah tergantung orangnya aja gimana menyikapi hari Valentine. Aku cuma tuker kado, makan bareng berdua, trus nonton ke bioskop, nggak sampe kayak gitu…”
Uggh, sayangnya aku bukan orang yang pandai menyusun kata-kata atau berargumen (kurang ilmu nih!), jadi sekenanya saja.
Pertama, pahami dulu dari mana asalnya tradisi ini.
Ada banyak versi yang menceritakan tentang asal mula perayaan ini, tapi tidak semua informasi mempunyai sumber yang jelas mengenai keabsahan riwayatnya.

Versi pertama menceritakan ada seorang pemimpin agama Katolik bernama Valentine yang menentang Pemerintahan Kaisar Claudius II yang melarang para pemuda untuk menikah supaya tetap mempunyai prajurit perang yang potensial. Valentine diam-diam tetap menikahkan setiap pasangan yang mau menikah. Akhirnya aksi Valentine ini diketahui oleh Kaisar dan kemudian dijatuhi hukuman mati. Dalam cerita itu, Valentine jatuh hati kepada anak gadis seorang penjaga penjara yang selalu setia menjenguknya di penjara. Sebelum hukuman mati berlangsung, Valentine meninggalkan surat untuk gadis itu. Ada tiga kata yang tertulis sebagai tanda tangannya di akhir surat ”From Your Valentine”. Ekspresi cinta Valentine ini menjadi populer dan terus digunakan oleh oarang-orang sampai sekarang. Akhirnya, sekitar 200 tahun sesudah itu, Paus Gelasius meresmikan tanggal 14 Februari tahun 496 sesudah Masehi sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine.

So sweet sih memang. Tapi lihat, walau keabsahan riwatnya saja tidak jelas, yang meresmikan ini adalah seorang Paus. Sedangkan kita seorang Muslim kan?

Versi lain tentang menyebutkan perayaan Valentine ini dimulai pada zaman Roma kuno tanggal 14 Februari yang merupakn hari raya untuk memperingati Dewi Juno. Ia merupakan ratu dari segala dewa dewi kepercayaan bangsa Romawi.

Nah, apalagi yang ini! Jelas-jelas sumbernya tidak ada hubungannya dengan Islam sama sekali (kalo Non-Muslim yo monggo rayakan..). So, kenapa kita tetap harus latah ikut-ikutan?

Ingatlah, Nabi SAW secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabuh). Beliau bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
So, jelas. Turut dalam perayaan yang tidak ada tuntunannya ini merupakan perbuatan tasyabuh walau hanya tukar kado atau pun mengirimkan sms ucapan selamat hari Valentine.
Kedua, perhatikan kerusakan akibat perayaan ini.
Kita semua dapat memperhatikan tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan hari Valentine tidak lepas dari berdua-duaan, bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Padahal dengan melakukan seperti pandangan, berpegangan tangan dan bahkan kemaluan termasuk telah berzina. Ini berarti melakukan suatu yang haram.
Ingat, setan masuk dari sela atau titik terlemah kita. So, lebih baik jauh-jauh saja dari hal-hal di atas.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.“(QS 17:32)

So, mari kita jaga diri kita sendiri dan keluarga kita. Kepada para orang tua, mari kita jaga anak-anak kita, berilah mereka pemahaman akan hal ini. Kepada Media, aku bingung, walau aktif memberitakan berita buruk dampak akibat merayakan Valentine, tetapi ada beberapa Media juga yang turut menyemarakkan hari Valentine ini. Jadi, untuk Media, baik televisi maupun cetak, aku mohon lakukan yang terbaik untuk generasi ini.
Mohon maaf, jika ada kesalahan dalam penulisan. Sesama saudara muslim memang sudah seharusnya saling menasehati bukan?
Seandainya Pak Valentine itu memang benar ada, dia pasti kecewa juga orang-orang pada ‘nganeh-nganeh’ begini.
So, never be the VV!! (Valentine’s day Victims)
February 14th is not Valentine’s day, but it’s only February 14th!!

1 komentar:

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Tolong tinggalkan alamat e-mail, blog atau website Anda.