Sabtu, 01 Januari 2011

Jam Raksasa Mekah Pengganti GMT

Copied by Syofian Hadi from
http://www.inilah.com/read/detail/733831/jam-raksasa-mekah-pengganti-gmt/

Headline


Lebih dari satu abad, sebuah titik di atas bukit di London telah diakui sebagai pusat waktu dunia dan titik awal setiap hari baru. Tapi sekarang supremasi Greenwich Mean Time (GMT) ditantang oleh jam raksasa yang baru dibangun di Mekah.

Jam Mekah itu akan menjadi patokan baru bagi 1,5 miliar muslim dunia. Jam itu mulai berdetak pada Rabu, saat umat muslim mulai puasa bulan Ramadhan.

Jam itu duduk di atas Mekkah Royal Clock Tower yang mendominasi kota paling suci bagi umat Islam.

Tempat itu adalah jantung dari sebuah kompleks luas yang didanai oleh pemerintah Saudi yang juga menjadi tempat hotel, pusat perbelanjaan dan ruang konferensi.

Jam empat wajah itu akan diterangi oleh dua juta lampu LED bersama dengan tulisan Arab besar "Dalam nama Allah". Jam berjalan menurut Standar Waktu Saudi, yang tiga jam di depan GMT.

Ketika puncak berkilauan ditambahkan, maka bangunan yang berdiri hampir 2.000 kaki itu menjadi tertinggi kedua di dunia.

Warga Mekah juga akan diingatkan waktu untuk sholat di mana 21.000 lampu hijau dan putih terlihat pada jarak 18 mil, berkedip selama lima kali sehari.

Tapi ulama Islam berharap pengaruh jam itu meregangkan lebih jauh dari padang pasir Arab Saudi, sebagai bagian dari rencana menjadikan Mekah menggantikan Observatorium Greenwich sebagai pusat sejati dari bumi.

Selama 125 tahun terakhir, masyarakat internasional telah menerima awal setiap hari harus diukur dari meridian utama yang mewakili bujur 0 derajat yang melewati Observatorium Greenwich.

Mohammed al-Arkubi, manajer salah satu hotel di kompleks itu mengatakan "Membuat waktu Mekah mengganti Greenwich Mean Time adalah cita-cita."

Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama Mesir yang dikenal di seluruh dunia Islam karena acara televisi populernya "Syariah dan Kehidupan" menilai Mekah lebih cocok menjadi meridian utama karena keselarasan yang sempurna dengan medan magnetis utara.

Ia menyebut kota suci adalah "zona magnet nol" dan telah memenangkan dukungan dari beberapa ilmuwan Arab seperti Abdel-Baset al-Sayyed dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan gaya magnet di Mekah kecil.

"Itu sebabnya jika seseorang melakukan perjalanan ke Mekah atau tinggal di sana, dia tinggal lebih lama, lebih sehat dan kurang dipengaruhi oleh gravitasi bumi," katanya. "Anda mendapatkan penuh energi," tambahnya.