Sabtu, 14 April 2012

Kapan Menikah?

Syofian Hadi copas status facebook  Akh' Asa Mulchias, smoga bermanfaat
Saya beritahu sesuatu:

Saya sudah muak dengan beberapa perilaku. 
Salah satunya, ketika ikhwan atau akhwat yang sudah menikah, datang pada yang belum. Lalu katakan:

"Kapan mau nikah?"

Atau, 

"Usaha, dong!"

Atau, 

"Terlalu banyak memilih, sih!"

Atau, 

"Kenapa sih, kamu belum nikah?"

Atau,

"Sebenarnya mau menikah atau tidak?"

Dan berbagai macam versi lainnya. Jengah mendengarnya.

Saya ingin tahu: sejatinya, Orang-orang seperti ini, sebenarnya belum sempurna akalnya, atau memang belaka sudah mati perasaannya? 

Untuk orang yang pacaran, saya lebih sering anjurkan percepatlah. Jangan ditunda. Karena dia sudah ada calon, daripada berlama-lama. Nikah belum tentu. Dosa bisa terus terjadi sewaktu-waktu.

Sedang bagi yang belum... ah, kau tidak tahu. Apakah dia sudah berusaha atau belum. Kalau kau tidak punya akses yang valid untuk mengetahuinya, jangan pelihara asumsi buruk di dalam kepala. 

Jujur:

Saya muak melihat orang-orang seperti itu. Orang-orang yang sudah mengantongi kartu nikah, tapi menggunakannya dengan jalan yang salah. Sebab, mereka bisa walimah juga karena izin Allah. Bukan murni lantaran ikhtiar saja. 

Kalau mereka mau bantu, bantu yang baik. Jangan cuma pasang prasangka, lalu keluar kata-kata tanpa memikirkan hati orang yang mendengarnya. Pernikahan itu persoalan sensitif. Bagi laki-laki, bisa dianggap harga diri. Bagi perempuan, itu terkait citra di masyarakat. 

Yang saya ingin tanyakan:
Mereka sedang memotivasi atau menyakiti?

Jika syariah mengizinkan, ingin sekali saya pelintir lidah orang-orang itu. Ketahuilah: orang yang belum menikah bukan berarti mereka tidak berusaha. Bukan berarti tidak mau. Tapi, Allah memang belum mengizinkannya. Daripada kita malah menambah bebannya, bantu doa dan berhati-hatilah dalam berkata. 

Itu juga kalau merasa masih saudara seagama. Jika tidak, lakukan apa yang kau suka. Toh, mungkin, ada orang-orang yang menganggap status walimahnya sebagai piala. Yang bisa dibangga-bangga untuk menghina dan merendahkan yang lainnya.  

Tenang saja untuk ikhwan dan akhwat yang sedang berupaya. Possitive thinking ana untuk kalian. Jangan panik gara-gara kelakuan beberapa orang, yang miskin adabnya. Luruskan niat walimah kalian. Untuk Allah, bukan untuk meladeni mulut-mulut nyinyir. Yang jahat, faqir tata krama...

4 komentar:

  1. setuju banget...ngapain sih orang-orang itu repot ngurusin hal yang pribadi dari seseorang,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Utamakan saja prasangka baik. kalo bisa dibantu ya dibantu, daripada dikompor2i begitu. kita bisa perhatikan prosesnya.

      Hapus
  2. Hadi...so deep^^
    Jadi istighfar juga mungkin pernah berlaku demikian:(

    Hmm, jadi apa yang bisa Mba bantu Di???hihihi;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. teteh gak pernah gitu kok. Bantu doa aja ya teeh.. nanti di hari H bantu beli kulkas, TV, AC, dll hehee...

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Tolong tinggalkan alamat e-mail, blog atau website Anda.