Selasa, 03 Agustus 2010

Yvonne Ridley, Mualaf yang berbicara tentang Khilafah, Syariat & Jihad

 -->
Yvonne Ridley, wartawati-feminis Inggris, yang menjadi mualaf setelah ditawan Taliban, dan kini menjadi pembela Islam di Inggris. Berikut ini adalah ceramah Yvonne Ridley beberapa tahun lalu di Global Peace & Unity Conference, London, tepatnya pada tanggal 30 November 2006. Mudah-mudahan bisa jadi informasi bagi saudara-saudara yang belum mengetahui sebelumnya.
Awalnya saya ingin mempersembahkan pidato saya di Global Peace and Unity Conference ini kepada Imam Anwar Al-Awlaki-seorang ulama terkemuka dan dihormati di komunitas Muslim berbahasa Inggris – yang ditahan di Yaman dua bulan yang lalu. Namun, saya juga harus berterima kasih kepada saudara Fahad Ansari dari Islamic Human Rights Commussion, penulis artikel “God Save The Deen”, yang menginsoirasi saya menulis ceramah ini. Sebagian besar isi ceramah ini terinspirasi oleh tulisannya itu.

Keislaman saya masih amat belia, karena saya baru menjadi muslimah pada 2003 – dan meskipun masih banyak yang harus saya pelajari, saya dapat merasakan frustasi yang dirasakan umat muslim pada saat ini. Saya tahu serangan 11 September berdampak luar biasa besar pada dunia, tapi itu bukan suatu awal … itu adalah kelanjutan dari warisan imperalisme AS dan ketakutannya terhadap Islam.

Sekitar 10 tahun yang lalu, para pemuda Muslim dari berbagai belahan dunia membanjiri Bosnia untuk membantu saudara-saudara merekan berjuang mempertahankan diri menghadapi Serbia yang melancarkan genosida, sementara dunia hanya berdiam diri menontonnya. Jihad menyatukan Muslim dari segala kebangsaan, status, dan kultur. Semua disatukan, bahkan mereka yang tidak bisa berangkat untuk berperang berusaha mengulurkan bantuan dalam berbagai bentuk lain seperti penggalangan dana, penyelenggaraan acara penyadaran masyarakat, dan demonstrasi.

Hasilnya, umat Muslim berhasil mematahkan usaha genosida.Dunia Barat baru melakukan intervensi setelah tampak jelas bahwa Muslim Bosnia akan meraih kemenangan.Mereka tidak bisa menerima berdirinya sebuah negera Islam di jantung Eropa, sehingga mereka pu mengitervensi. Ini buka semata-mata kesimpulan saya, tapi mantan Presiden Bill Clinton pun mengakuinya dalam autobiografinya.

Ketakuan terhadap Islam telah berkembang selama 10 tahun belakangan, sehingga darah saydara-saudara kami kini mengalir bagaikan sugau-sungai yang melintasi Chechnya, Kashmir, Palestina, Afganista, Irak, dan baru-baru ini kita semua menyaksikan apa yang terjadi di Lebanon. Saya pernah mendatangi banyak dari ladang-ladang pembantaian ini dan izinkan saya mengatakan kepada Anda bahwa tubu-tubuh rusah, meldak berkeping-keping dari saudara-saudara Muslim kami sama persis dengan tubuh-tubuh yang tersebar pada hari ini sangat jelas: darah Muslim adalah komoditas murah.

Sementara itu, puluhan ribu Muslim tak bersalah masih disiksa di tempat-tempat terpencil seperti Teluk Guantanamo, Bandara Bagram di Afganistan, Abu Gharib, Diego Garcia, dan penjara-penjara rahasia di berbagai penjuru dunia.

Sementara itu, di penjara-penjara bawah tanah di Suriah, Yordania, Maroko, Tunisia, Argeria, Mesir … saudara-saudara kami disiksa atas prakarsa dan tuntutan pemerintah AS. Dam saua uakin pemerintah Inggris pun terlibat dalam hal ini … Para pejabatintelejen Inggris tidak lama lagi akan dipermalikan karena keterlibatan mereke.

Bahkan sampai sekarang, masih ada 9 warga negara Inggris yang ditahan di Guantanamo – orang-orang Amerika tidak menginginkan mereka, tapi pemerintah Inggris juga tidak mau menerima mereka. Meskipun Departemen Luar Negeri memberikan berbagai dalih, sebenarnya mereka hanya perlu menelepon untuk meminta pembebasan saudara kami itu. Dan jangan pikir hanya laki-laki yang disekap dan disiksa – Moazzam bisa mendengan jeritan seorang perempuan di sel penyiksaan di Afganistan tempat dia ditahan oleh Amerika.

Temuilah Moazzam Begg di stan Cage Prisoners hari ini dan tanyakan kepadanya, apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu. Karena kita bisa membantu. Hampir tak ada tahanan yang dibebaskan berkat proses pengadilan, melalui tekanan politik … yaitu ketika pemerintah turut campur tangan.

Anda yang hadir hari ini bisa membuat perubahan. Jangan hanya duduk di sini dan memndam kegeramam – beraksilah. Tekanlah para politisi Anda dan ingatkan mereka bahwa Andalah tuan-tuan mereka.

Dalam surah Al-Áshr, Allah menyatakan bahwa seluruh umat manusia, termasuk Muslim, berada dalam kerugian; kecuali mereka yang BERIMAN, MELAKUKAN AMAL KEBAIKAN, dan SALING MENGINGATKAN TENTANG KEBENARAN DAN KESABARAN. Hanya dengan memenuhi 4 kriteria ini, kita akan dapat berjumpa dengan Tuhan. Namun, jika kita membenamkan kepala kita di pasir dan berpura-pura tidak ada peninjasan di dunia, dan penderitaan saudara-saudara kita itu tak berarti apa pun bagi kita, maka mungkin kita tidak akan bisa berjumpa dengan-Nya.

Bahkan Ken McDonald, jaksa di Inggris, merasa jijik dengan tindakan-tindakan pemerintah – ia menyerang dengandengan sengit apa yang disebut “pengadilan-pengadilan rahasia“.

Pengadilan-pengadilan itu mengadili tersangka terorisme yang tidak diizinkan melihat bukti-bukti yang memberatkan mereka. Itu sungguh suatu penghinaan terhadap keadilan.

Dalam sebuah wawancara eksklusif denga Islam Channel News, dia berkomentar: “Kita harus menegaskan bahwa prinsip-prinsip ini tidak bisa ditawar-tawar. Dalam tekanan politik apa pun, dalam iklim apa pun, prinsip-prinsip ini adalah hakikat dari keadilan: persidangan yang terbuka dan dilakukan di hadapan pengadilan yang independen dan netral.

“Kita tidak menginginkan pengadilan-pengadilan rahasia, kita tidak menginginkan hakim yang dipilih secara rahasia, kita tidak menginginkan keadilan rahasia. Pengadilan yang berimbang; fairness di antara penuntut dan pembela tidak bisa ditawar-tawar; hak mendapat keterangan lengakap tentang kasus yang dituduhkan Negara terhadap Anda tidak bisa ditawar-tawar.

“Pembela berhak mengetahui tuduhan yang dihadapinya, dan mereka berhak mendapatkan bahan-bahan yang dimiliki Negara, termasuk yang merugikan tuduhan Negara atau menguntungkan tertuduh. Hak naik banding tidak bisa ditawar-tawar.

”Dan asas praduga tak bersalah, standar pembuktian kejahatan – yang melampaui keraguan-keraguan yang masuk akal – dengan tanggung jawab pembuktian terletak di pundak Negara, tak satu pun dari prinsip-prinsip ini bisa ditawar-tawar.”

Dan tentu saja ia benar – tapi Tony Blair berkata bahwa Muslim harus berhenti memiliki mentalitas korban.Namun, kalau kepala kejaksaan saja mengeluh, tentu kami punya alas an kuat.

Coba bayangkan, apa tanggapan anak-anak muda Muslim atas semua ini? Mereka membaca kisa-kisah kepahlawanan Saladin Al-Ayyubi, Khalid bin Walid, Tariq bin Ziad, dan menyimak kisah-kisah keberanian dan keperwiraan Nabi Muhammad saw, yang amat kami cintai. Tahukan Anda, 5 tahun lalu, saya sama sekali tidak tahu siapa Nabi saw itu. Namun, sekarang saya bersedia mengorbankan tetes darah terakhir saya untuk membela nama, kehormatan dan kenangan tentang beliau. Bahkan setelah wafat, beliau menunjukkan dirinya mampu menyatukan Ummah dalam protes terhadap karikatur jahat dari Denmark itu.

Pahlawan-pahlawan modern kami mencakup Malcolm X dan Syyid Qutb, yang tulisan keduanya membantu saya mendefinisikan diri sebagai Muslim.

Mereka menjadi semacam role model yang diikuti anak-anak muda kami. Namun, mereka malah menerima informasi-informasi yang simpang siur dan membingungkan. Blair mencoba melarang Milestones (Buki karangan Syyid Qutb) – ia diberi tau bahwa Usamah bin Ladin membaca buku itu … Well, Usamah juga membaca Shakespeare. Apakah kita juga harus melarang Tweifth Nightm Hamlet, dan karya-krya klasiknya yang lain? Satu menit, anak-anak muda kami diberi tahu untuk hanya takut kepada Alla SWT, tapi menit berikutnya, mereka diberi tahu untuk “melunakkan“ Islam mereka dan menunjukkan kepala dengan patuh.

Sejak peristiwa 11 September, diluncurkan kampanye gencar untuk mengubah Islam menjadi sesuatu yang lebih sesuai dengan menyuarakan Barat. Tujuannya adalah menciptakan sebuat Islam yang sekuler dan kultural yang rukun dengan dunia karena ia tunduk kepada penindas-penindasnya, bukannya kepada Allah; sebuah Islam tanpa jihad, syariah dan khilafah – hal-hal yang diperintahkan Allah kepada kami untuk menjalankannya, demi tegaknya din Allah di muka Bumi.

Dan upaya-upaya ini tampak di mana pun saya mengarahkan pandangan. Hijab direnggut dari kepala saudari-saudari kami di Tunisia, Prancis, dan Turki. Saudari-saudari kami di Belanda dan Jerman juga menjadi sasaran. Dan di Inggris, ada Jack Straw, mantan Menteri Luar Negeri Inggris uang mempermasalahkan Jilbab – dia mungkin tidak suka nikab, tapi saya berharap ia memakainya, ditambah sebuah berangus yang besar. Saya tidak membutuhkan laki-laki kulit putih setengah baya untuk memberi tau saya atau saudari-saudari saya bagaimana kami harus berpakaian. Nikab, seperti jilbab, seperti hijab menjadi simbol penolakan terhadap gaya hidup Barat yang negatif seperti penggunaan obat-obatan terlarang, mabuk-mabukkan, dan seks bebas. Sikap tersebut adalah pernyataan kepada Barat bahwa kami tidak mau menjadi seperti dirimu.

Muslim yang memilih menjadi lebih kebarat-baratan ketimbang orang Barat sendiri membuat saya tertawa – tidak sadarkah mereka bahwa tampak konyol di mata dunia? Mereka bersembunyi di balik deskripsi-deskripsi semacam moderat – lagi-lagi, pesan apakah yang ingin disampakan kepada anak-anak muda kami? Jika kita meminta mereka untuk menjadi moderat, tidakkah itu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang salah denga Islam yang perlu dilunakkan, dijinakkan?
Apa itu moderat dan apa itu ekstremis? Saya tidak tahu. Saya hanya seorang Muslim. Saya tidak mengikuti ulama atau aliran mana pun … saya hanya mengikuti Nabi saw. Dan Sunnahnya. Apakah itu membuat saya menjadi seorang ekstremis? Saya tidak yakin Tony Blair memahami dirinya sendiri – saya menulis surat kepadanya tiga bulan yang lalu dan sampai sekarang saya masih menunggu balasannya. Menjadi Muslim itu agak mirip dengan mengandung. Pernakah mendengar ada orang yang mengandung dengan moderat?

Islam telah diserang selama 1.400 tahun dan kami sekarang sudah belajar untuk hanya bergantung kepada Allah. Namun, masih ada Muslim yang mencium tangan yang menampar mereka. Saya khawatir bahwa kita tak lagi bisa memercayai seseorang hanya karena mengenakan bisana islami. Ada pemimpin-pemimpin Muslim yang mengklaim bahwa mereka membimbing dan melindungi kami, tapi tidak semuanya memikirkan kepentingan kami. Generasi muda kami harus sangat hati-hati sejak peristiwa 11 September dan Bom London 7 Juli. Kmi harus memberi tahu generasi muda kami bahwa apa yang terjadi di Palestina, kashmir, Chechnya, Irak dan Afganistanadalah perlawanan yang dibenarkan terhadap pendudukan militer yang brutal, sedangkan kejahatan-kejahatan seperti 11 September dan Bom London adalah terorisme. Menyamakan keduanya berarti mengkhianati saudara-saudara kami yang tak punya pilihan selai melawan atau terhapus dari muka planet ini.

Hamba-hamba baru Dunia Barat menghujat partai-partai Islam dan pemerintah-pemerintah yang menerapkan syari’ah. Saya menyebut mereka “Penggembira“. Mereka diterbangkan pemerintah dari AS, Kanada, Yaman, dan Mauritania untuk menyebarkan Islam yang jinak. Hasil akhirnya adalah penjinakan din Allah, sebuah Islam yang lemah dan pasif, mau menerima status quo yang menindas dan menghinakan Muslim; sebuah Islam yang mendorong Muslim mengutuk aksi saudara-saudara mereka yang denga gagah berani melawan pendudukan dan penindasan dengan segala yang mereka punya. Bahkan mendoakan mereka pun sekarang menjadi kejahatan – berapa lama lagi sebelum kami diberi tahu untuk tidak mendoakan mujahidin?

Salah satu panglima perang terbesar yang pernah dikenal dunia, Saladin Al-Ayyyubi, pembebas Al-Quds, pernah ditanya mengapa dia tak pernah tersenyum. Dia menjawab, bagaimana mungkin dia tersenyum padahal dia tahu Masjid Al-Aqsa masih diduduki? Saya bayangkan bagaimana tanggapannya terhadap situasi dunia sekarang? Saat ini para pemimpin Arab menari perut tanpa malu di hadapan Amerika sambil menyerahkan Irak di atas sebuah piring. Pemimpin-pemimpin Arab itu berpaling sementara Palestina yang jelita tak henti-hentinya diperkosa dan “putrid jelita” Arab lainnya, lebanon … kemanakah Dunia Arab ketika ia diserang dengan amat brutal?
Dan genderang perang kembali ditabuh. Bukan janya seluruh dunia menyaksikan, melainkan anak-anak kami, generasi muda kami, masa depan kami. Kita harus mendidik dan menginspirasi mereka dengan kisah-kisah Nabi dan para Sahabat. Selama Ummah memunculkan tokoh-tokoh seperti Khalid bin Walid, Saladin Al-Ayyubi, Sayyid Qutb, dan Malcolm X, kami tidak akan kalah. Semakin kami ditindas oleh para tiran, semakin sengit kami melawan. Inilah sifat Islam.

Dan inilah Islam yang perlu diikuti anak-anak muda kami, dengan bimbingan dan ispirasi. Kmi harus mengganti pemimpin-pemimpin yang mengebiri diri mereka sendiri dalam upaya menyedihkan untuk menjadi lebih Barat ketimbang bangsa Barat sendiri. Banyak anak muda Muslim sekarang menyadari bahwa tak peduli seberapa keras mereka mengompromikan din mereka untuk melebur ke dalam masyarakat yang lebih luas, ketika keadaan menjadi runyam, mereka akan diperlakukan dengan penuh kecurigaan. Semakin kami disuruh melupakan syari’ah, khilafah dan jihad, semakin Muslim akan membayar dengan darah untuk menegakkan nilai-nilai itu. Jihad yang kita saksikan di Palestina, Irak, Afghamistan, Kashmir, dan Chechnya adalah sesuatu yang mulai, sebuah perang yang dibenarkan melawan kezaliman dan tirani.

Aksi para jihadis sama sekalitidak menimbulkan ancaman terhadap Barat atau gaya hidup orang Barat. Perlawanan mereka bukan hanya dibenarkan tetapi bahkan didukung oleh hukum international. Ekstremis religius yang sungguh-sungguh menumbulkan ancaman terbesar meradikalisasi anak-anak muda kita adalah Kristen Fundamentalis di Gedung Putih dan Downing Street. Bush dan Blair telah menjadi agen perekrutan terbaik Al-Qaidah.

Semakin banyak anak muda Muslim menyadari bahwa bukan terorisme atau ekstremisme yang menjadi target, tetapi Islam sendirilah yang menjadi target.

Kini Ummah-lah yang harus memimpin dan menginspirasi generasi muda Muslim, seperti Nabi memimpin dan menginspirasi jutaan manusia dan akan terus demikian adannya. Dan pelajaran pertama yang harus kami sampaikan kepada generasi muda kami adalah takut kepada Allah SWT. (Althaf/s3nn4multiply)
source: arrahmah.com

Minggu, 25 Juli 2010

ENCOURAGEMENT

Copied by Syofian Hadi from his friend's facebook note.
-->
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat,bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?” “Dari Indonesia,” jawab saya.Dia pun tersenyum.


Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak-anaknya dididik di sini,”lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai.Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!” Dia pun
melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya. Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman
drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah
ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu
menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.” Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif. Dia
pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan
semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh. Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau
ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

Minggu, 20 Juni 2010

2 May Has Passed, But I Still Miss My Teachers..!!

Written by Syofian Hadi

-->
First, I miss The TEACHER of the teachers, OUR BELOVED MUHAMMAD Sallallahu 'Alayhi Wa sallam, who teaches us Islam through Al-Qur’an and Hadist. (You are the Guide sent by Allah to lead us towards the light. May peace and blessings be upon you.) I love you forever!

My beloved Mother who has taught me so many things since i was born. She taught me to do Sholat and pray to Alloh SWT, taught me to say Bismillah at the beginning of an undertaking and then Alhamdulillah after finishing it. She taught me to memorize Surah Al-Faatihah, Al-Ikhlash, Al-Kautsar An-Naas, and Al-Falaq before I was a Kindergarten Student (before sleeping, mother always had me brush up on my recitation). She taught me how to set shoestring and knot it well on the first day of being Elementary School student, and many more.

My beloved Father who taught me how to do Wudhu and across the street carefully when I was a kindergarten student.

My first old Brother who taught me to ride a bicycle when I was a first year student of Elementary School.

My second old Brother who taught me to wash the genitals or anus with water after defecating or urinating by my self (hehehe ) when I was 5 years old, and taught me playing guitar.

My first old Sister who taught me English Vocabulary when I was a kindergarten student and taught me how to cover my books and write down my name on them.

My second old Sister who taught me how to turn on the stove and make noodle and fried rice.

My little Sister who taught me to share, hehehehe..

(Hi, old brothers and sisters! I still remember how you fought to be the first to give me the best and teach me reciting, reading, quantification, writing, drawing, colouring, playing some games, and many more. Even, when I was a teenager, you kept guiding me to ride a motorcycle. This looks simple but meaningful and unforgettable so much to me. I do love you all!!)

I would like to say thank to Teti Supiak (my mom’s little cousin) who first had taught me reciting Al-Qur’an through Iqra’ method before I was a Kindergarten student.
Ust.Tris, Ust.Muhajir, Tuangku Malano who taught me Islam and reciting Al-Qur’an at TPA Masjid Muslimim Bukit Kemuning.
Pak Firman ‘Ipin’ who taught me Tajwid more comprehensively.
My best friend’s Mother (Agus Rahman’s mom) who taught me quick formula in multiplication.
Mr. Lut Askur (Mr.Polo), English Teacher at Brilliant College Bukit Kemuning. (thanks for forcing us to memorize 3000 words. It worked and works, hahaha.. (How’s your life now?)

Kak Redi who introduced me what people call tarbiyah.
Ust. Ibnu Hibban who introduced me the new, new, and new world, colouring my life. (What the next would you share to me? :-) thanks for being my brother)

Then, I would like to thank to Bu Gus and partners, my Kindergarten teachers. (TK PGRI 1 Bukit Kemuning)
All my teachers at SD Negeri 2 Bukit Kemuning:
Bu Syarifah (first and fifth grade teacher), here I firstly became the winner; got first rank in the first quarter-year of being a student.
Pak Sudarman (second grade teacher)
Bu Yeri (third grade teacher)
Bu Nurmasita (fourth grade teacher)
Pak Buyung, (sixth grade teacher)
Bu Siti Aminah (Islam Religion teacher)
Pak Satarudin (Sport and Physical Exercise teacher),
Bu Sistina (alm), who taught me about Military parade and Boy-scouting (I was a team leader who brought our school to get a second winner in Military Parade competition in Indonesian National Independence Day, Bukit Kemuning :-) , thanks a lot to Pak Satar and Bu Sis!),
Pak Jumiyo (alm), many things I learned from you when we had a Boy Scouts-Camping (Pramuka) in Tanjung Waras; pitching a tent, cooking the rice, making the campfire, and many more.

Then, I would like to thank to all my teachers at SLTP Negeri 1 Bukit Kemuning:
Grade 1F:
Bu Nurfiah, Physics teacher (thanks for motivating me to get Grade 2A from Grade 1F and having me get in Marching Band)
Bu Betty, Bahasa Indonesia teacher
Bu Intan Suri, my English teacher
Bu Kasmani, Islam Religion teacher
Bu Lili, Math, Art teacher
Bu Marhaini, Broiler Husbandry teacher, Typing Skill teacher
Bu Marhana, Bahasa Indonesia teacher
Bu Rusmianah, my Economics Teacher
Bu Sri Darsiyah, History teacher, Purebred Chicken Husbandry teacher
Pak Datun, my Sport and Physical Exercise teacher
Pak Dwijo, Geography teacher, Banana Cultivation teacher
Pak Samijo, my Art teacher
Pak Supomo, my Biology teacher
Pak Zainal, Lampung Language teacher

Grade 2A
Bu Hudayana, History teacher (Bu, I’m a teacher now, I learn a patience from you)
Bu Dasmailalam, Moral and Civics teacher
Bu Media, Lampung Language Teacher
Bu Romida, Bahasa Indonesia teacher
Bu Sri Nastiti (Alm), English Teacher
Bu Yusnita, Geography teacher, Moral and Civics teacher
Pak Agus Supriyatno, Math teacher
Pak Wahyudin, Biology teacher

Grade 3A
Bu Mardiyati, Geography teacher (thanks for motivating me that poverty is not an obstacle to get a better education)
Mr. Nuryo Kirti, English teacher (thanks in advance, Sir! Here, I firstly realized that I loved English)
Pak Amri, Sport and Physical Exercise teacher, Goat Husbandry teacher
Pak Andang, Physics teachers (I wish I could as humble as you)
Pak Anwar (Alm), Economics teacher (So far, I still remember the definition of Money you taught simply)
Pak Imroni, Islam Religion teacher
Pak Kusnadi, Math teacher (You’ve inspired me to be a romantic husband and cool father, hahaha.. J)
Pak Nur Suprapto, Lampung Language teacher
Pak Rahmat, Math teacher, Electronics teacher
(Some teachers taught the same subject in each grades)

Then, I would like to thank to all my teachers at SMU Negeri 1 Bukit Kemuning:
Grade 1.1.
Mr. Rizal, English teacher (Sir, as you suggested, I am here now. English! Alhamdulillah)
Pak Ayo, Chemistry teacher
Pak Mujiran, Geography, Art teacher
Pak Sinang, Physics teacher
Pak Syamsul, Islam Religion teacher
Pak Syofrizal, Bahasa Indonesia and Art Teacher
Pak Usman, Accountancy teacher
Pak Yando (Alm), Economics teacher
Pak Zulnauni, Sport and Physical Exercise teacher
Bu Desmanidar, Biology teacher
Bu Dwi “Boni”, Math teacher (I felt I was taught by a sister, thanks J)
Bu Fitri, Bahasa Indonesia and History teacher
Bu Irma, Biology teacher
Bu Lamimah, Moral and Civics teacher

Grade 2.1
Bu Cahyanti, Math teacher
Pak Munding, Islam Religion teacher and Sociology teacher (how’s your life now, Sir? Where are you now? I still remember getting so excellent score that I thought to be a sociologist, hahaha..)
Pak Zainal, Economics teacher
Bu Ros, Bahasa Indonesia teacher
Bu Dwi Wahyunanti, Chemistry teacher
Bu Endang, Physics teacher
Bu Erma, Biology teacher
Bu Novi, Physics and Biology teacher

Grade 3 Science.1
Pak Ayo Sunaryo, Chemistry teacher (Jazakumulloh, for the motivation)
Pak Abdul Malik, Physics teacher
Pak Edi, Math teacher
Pak Lisman, Bahasa Indonesia teacher
Pak Mukhsin, Moral and Civics teacher (Pak, here I work with your fellow. He told me that you were such a humble and faithful friend when you had study together with him. Inspiring!)
Pak Rahmat, Sport and Physical Exercise teacher (You were my morning activity’s eyewitness, hehehe)
Mr. Saparudin, English teacher (“They were my students. See, they are teachers here now! And you must be able to be like them or more”, you said to me. Thanks a lot, Sir!)
Bu Dali, Islam Religion teacher
Bu Tony, Biology teacher
Bu Yurna, History teacher (Would you sing “Menangis Semalam” Audy? nice voice, hehe)
(Some teachers taught the same subject in each grades)

I miss you so much. Wish there will be a great reunion, homecoming, or just come to my wedding one day, hahaha… amiin…!

Teachers, I can make a formal definition about you. To me, however, you are the light. Thank you, dankie, bedankt, syukron, salamat, merci, grazie, syukhriya, arigato, xie xie, terima kasih. I do apologize for all my wrong. May Alloh bless you all. I’m sorry for names that unintentionally I haven’t mentioned, but you have been in my heart.

@My University lecturers: I’ll write special edition for you. hehe.. don’t miss it!

Jumat, 19 Maret 2010

Adab Pada Hari Jumat Sesuai Sunnah Nabi

Taken by Hadi from --> http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/adab-pada-hari-jumat-sesuai-sunnah-nabi.html
-->
Hari Jumat adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.
1. Memperbanyak Sholawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
2. Mandi Jumat
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jumat seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib
Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
6. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah
“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jumat ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jumat
Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jumat, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)
8. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)
Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya.
(Disarikan dari majalah Al Furqon edisi 8 tahun II oleh Abu Abdirrohman Bambang Wahono)
***
Penulis: Abu Abdirrohman Bambang Wahono
Artikel www.muslim.or.id