Selasa, 11 Agustus 2009

WHICH WORDS ARE OURS?

Written by Syofian Hadi

Jangan pernah sebut “MOSQUE” tetapi sebut “MASJID”.
“MOSQUE” diperoleh dari kata dalam bahasa Spanyol, yaitu “MOSQUITO” (nyamuk). Dinamakan sepert itu karena saat Perang Salib terjadi, Raja Ferdinand berkata bahwa mereka akan berangkat dan membasmi Muslim “like mosquitoes” (seperti nyamuk-nyamuk). (Dimana lagi mereka dapat temukan muslim dalam jumlah yang cukup besar untuk dibasmi jika bukan di Masjid?). Lalu tanpa rasa sungkan mereka menyebut “MASJID” sebagai “MOSQUE”.

Koreksi:
Sebenarnya pernyataan tersebut terdapat dalam buku yang berjudul “The Complete Idiot's Guide to Understanding Islam”. Dan seperti halnya judul bukunya, hal ini bukan merupakan hal yang sebenarnya. (http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=story_9-2-2003_pg3_7)
Berdasarkan etymologi-nya, dapat dirunut bahwa tidak ada hubungan semantik antara kata “MOSQUE” dengan “MOSQUITO”. Bahasa Inggris kata “MOSQUE” (tahun 1400) itu berasal dari kata dari bahasa Italy “MOSCHEA”.
Oxford’s New English Dictionary dan Miriam-Webster's New International Dictionary melaporkan penggunaan kata “MOSQUED” pada tahun 1902.
(http://listserv.linguistlist.org/cgi-bin/wa?A2=ind0301b&L=arabic-l&P=1505)
Kata “MOSQUE” dalam bahasa spanyolnya adalah “MEZQUITA” dan berbeda sekali dengan kata “MOSQUITO” yang dalam bahasa spanyolnya adalah “MOSCA”

Tulisan dan koreksi di atas saya dapatkan dari http://www.icmi.or.id/ind/content/view/37/1/

Nah, kalau yang berikut ini saya dapatkan dari sms-sms teman-teman saya satu tahun lalu yang masih saya simpan. Entah dari sumber mana mereka mendapatkan informasi ini.

Jangan pernah berkata “MOSQUE” tetapi sebut “MASJID” karena umat Islam menemukan arti “MOSQUE” = “MOSQUITOES” yang artinya nyamuk atau kelambu.

Jangan menulis “MECCA” tetapi tulislah yang benar “MAKKAH” karena “MECCA” = rumah pembuatan wine.

Jangan menulis “MOHD”, tulis dengan lengkap “MUHAMMAD” karena “MOHD” = anjing dengan mulut besar.

Jangan menulis “4JJI” tulislah “ALLAH SWT” karena “4JJI” = untuk yesus isa almasih yahudi.

Jika kamu ingin memotong “ASSALAMUALAIKUM” katakanlah “ASSALAM”, jangan “ASS”, karena “ASS” = Pantat.

Hingga saat ini saya belum menemukan koreksi dari informasi-informasi di atas. Tetapi saya tetap mengikuti anjuran dari sms-sms tersebut, bukan dengan landasan etimologi (ilmu asal kata) yang belum jelas kebenarannya melainkan kembali ke dasar saja, karena terasa lebih jelas dan indah saja.
Pada saat mengirim sms, saya tidak menyingkat “ASSALAMUALAIKUM” dengan terlalu singkat, tho tidak ada ruginya, sms kan sekarang ini sudah begitu murah sekalis, saya menyingkatnya menjadi ”ASLMLKM”, hilangkan huruf vokalnya saja.
Untuk nama ”ALLAH”, saya tidak berani menyingkatnya, jadi tetap saya tulis ”ALLOH SWT”.
Begitu juga untuk nama nabi ”MUHAMMAD”, saya tidak berani menyingkatnya.
Tulis sajalah seperti biasanya, tidak perlu disingkat.
Untuk “MASJID” dan “MAKKAH” dalam kehidupan sehari-hari ketika berbahasa Inggris pun saya tidak menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris menjadi “MOSQUE” dan “MECCA”, saya mencoba membiasakan menggunakan nama aslinya saja, toh kita tidak perlu menerjemahkan kota ”NEW YORK” menjadi ”YORK BARU” atau menuliskannya menjadi ”NYU YORK” ketika kita sedang berbahasa Indonesia bukan?

Lalu , bagaimana dengan ”MOSLEM”?
Saya pun sempat terkejut ketika Salim A. Fillah dalam bukunya ”Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim” menyarankan kita agar tetap menggunakan kata ”MUSLIM”. Subhanalloh, terima kasih atas infonya pak. Pada Bab 2 dalam buku tersebut (hal. 75) tertulis:

Ejekan zaman Reconquesta menyebut Masjid sebagai mosque, hunian mosquito, alias sarang nyamuk. Begitu juga kata “MOSLEM”. Jangan pernah mengambil definisinya dari buku Psikologi dunia Victor E. Frankl, Man’s Search for Meaning ataupun From the Death Camp to Existentialism. Mengapa?

Karena Frankl, Yahudi Austria yang survive dari kamp konsentrasi NAZI di Auschwitz hingga Daffa itu menyebut rekan-rekannya sesama tawanan yang tidak bisa survive di kamp sebagai moslem. Moslem, menurut Frankl, adalah mereka yang tidak lagi memancarkan semangat untuk hidup, putus asa, lemah, dan siap untuk dimasukkan ke kamar gas. Saya tidak tahu dari mana dia memulai propaganda ini. Yang jelas, faktanya mengatakan sebaliknya. Para penghuni kamp konsentrasi yang terdiri atas muslim Balkan jauh lebih tangguh daripada para Yahudi Eropa.

Berbahasa Inggrislah.. Tetapi abadikan kata masjid seperti Al Qur’an menamai. Tetapi sebut dan tuliskan kata muslim sebagaimana ilmu tajwid menata lafazhnya.

@_@ Subhanalloh, sangat tepat sekali saran terakhir di atas dari Pak Salim ini sehingga sengaja saya cetak tebal.

(special acknowledgment to the committee of EURO FPPI Unila that had given me this awesome book, jazakumulloh khoiron katsir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Tolong tinggalkan alamat e-mail, blog atau website Anda.