Selasa, 30 Juni 2009

RESEP SUKSES SNMPTN

THE SUCCESSFUL RECIPE FOR SNMPTN

Written by Mr. Syofian Hadi

Tomorrow is the turn for my students to struggle for their ideals through SNMPTN. Because of my love to you, I give you a THE SUCCESSFUL RECIPE FOR SNMPTN. Do this procedure well as you ever had done when you had a National Final Examination.

•Prepare all the materials
•Pour the flour of spirit in a bowl of heart
•Blend with a chocolate of knowledge and cheese of memorizing
•Then, add the sugar of Tawakal
•Do not forget to add the powder of enough rest
•Mix them until Istiqomah
•Cook the mixture with Tahajud
•Put optimism on it to make it more tasteful
•Pour into a plate of smile
•Now, it is ready to serve to your parents
(Inspirited from emq motivation)

You must do it. Because I am lazy to pray for u but I will always curse you so that you will get your passing. (Hahaha.. Just kidding). I quoted an advise from Aa Gym for you, “Alloh sometimes gives not by granting our wish because only Alloh who knows the disadvantage (mudhorot) if our wish is granted”.
I love you all.

Rabu, 24 Juni 2009

Yayan, Imam, Eka, dan Aku

Written by Syofian Hadi

“Saya terima nikahnya dengan mas kawin tersebut tunai!”
Alhamdulillah, lega rasanya saat aku mendengar dan menyaksikan sahabatku, Yayan Candra, menuturkannya dengan jelas saat menikahi Syahmona Ratu Pesagi.
“Sah! Sah!” sahut para saksi nikah.
Tegang, haru, bahagia bercampur jadi satu. Subhanalloh, sangat khidmat sekali.

Setelah salah satu sahabatku yang lain, Eka Seprianto, menikah pada oktober tahun lalu, kini giliran Yayan Candra yang menyempurnakan setengah diennya pada hari minggu 21 Juni lalu di desa Jagang, Blambangan Pagar, Lampung Utara.
Dulu, semasa SMA, kami selalu kompak berempat; Aku, Eka, Yayan, Imam. Aku mengenal Eka dari kecil sebelum SD. Yayan adalah siswa dari Baradatu pertama yang aku kenal saat pertama kali menginjakkan kaki di kelas 1 SMA, teman sebangku. Sedangkan Imam, aku kenal dari Yayan. Umur kami tidak terpaut jauh, Eka 34 hari lebih tua dariku, Imam lebih muda 1,5 bulan dariku, dan Yayan lebih muda 2 bulan dariku. Kami semua Muslim. Aku keturunan Pariaman, Eka keturunan Cina-Solo, Yayan Semendo-Jember, dan Imam Lampung Way Kanan. Meskipun dulu kami berbeda kelas hingga ke kelas 3 dan masing-masing dari kami sudah punya ‘teman perempuan’ (katakanlah begitu), kami tetap kompak. Pernah kami berceloteh bahwa yang akan menikah pertama tampaknya adalah Eka, yang kedua aku, kemudian Yayan, dan yang terakhir adalah imam. Entah mengapa saat itu kami memprediksi seperti itu. Benar kini Eka yang pertama, tapi ternyata bukan aku setelah Eka, melainkan Yayan, hehe, salah, lucu juga kalau diingat-ingat betapa anehnya kami dulu. Kami sempat sok merasa tampan seolah-olah kami adalah F4 (ef se’), kemudian sempat juga membentuk Band, ‘Mars’. Huahahaha. Pernah juga menyukai perempuan yang sama, halah! Walau banyak bermain, kami juga tetap berprestasi di kelas masing-masing lho, kami juga les bahasa Inggris dan komputer bersama.

Hingga kami berpencar kuliah; aku di FKIP Unila, Imam di FP Unila, Eka di FE Unila, Yayan di Poltekes Kotabumi, kami tetap kompak, meskipun kami telah mempunyai teman-teman baru dan memiliki prinsip dan sikap yang berbeda dalam memandang hidup dan pacaran, kami tetap kompak. Sesekali kami sempatkan untuk berkumpul, entah itu di Bandar Lampung, Bukit Kemuning, atau Baradatu. Apalagi masing-masing sudah punya handphone, tinggal kirim sms saja.

Aku sangat terharu, bukan sedih karena khawatir kami tidak bisa berkumpul lagi setelah mereka menikah karena kami yakin persahabatan kami tulus, insya Alloh akan tetap terjalin selalu, melainkan karena aku bangga dengan mereka yang yakin akan segala janji Alloh bagi meraka yang menikah. Sebentar lagi kami punya keponakan, Eka kini sedang menanti kelahiran buah hati. Aku? Sabar dhi.. Siapkan segalanya, terus berdoa. Alloh pasti sudah menyiapkan jika kau siap.

Yayan, Eka, Arianto sudah. Imam, Nurhadi, Wisnu, Sugeng, Agus, kita kapan? Tenang teman, masih banyak yang belum kok. Tapi kita harus tetap berlomba-lomba lho, menikah ’kan ibadah. Terus memperbaiki diri dan ikhtiar. Ketika menemukan yang baik tidak usah mengutamakan orang lain. Wah, aku pinter ya? Bukan, aku terinspirasi kata-kata Anna Althafunnisa kepada Cut Mala di Novel KCB, hehehehe.

My Brothers, I’ll never be able to forget every moment ever made together. Thanks a lot for sincere friendship you given to me!

Facebook-Ku

Written by Syofian Hadi

“oh, jadi sekarang loe dah punya facebook? Ga anti lagi?”
Itulah salah satu komentar dengan nada menyindir yang terlontar dari beberapa orang teman ketika mereka mengetahui aku mengaktifkan kembali facebook pribadiku.
Menurutku wajar mereka berkomentar seperti itu karena beberapa waktu lalu aku mendeactivekan facebook pribadiku dan tidak ingin sibuk di facebook seperti teman-teman lainnya walau sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan kesertaanku di facebook, tapi aku tidak melakukannya hingga ada keterangan yang lebih menguatkan lagi.
Kini, teman-teman di friendster entah kemana, semua telah beralih ke facebook. Isu haram dan kontroversi facebook merebak di negeri ini. Aku terus mengikuti. Tapi tak satu pun yang dapat memantapkanku. Facebook sendiri tidak haram, tapi penggunaannya yang berlebihan yang membuatnya menjadi haram. Sama seperti ayam. Ayam halal, tetapi bila dipotong tidak dengan menyebut nama Alloh, ayam yang halal tadi menjadi haram untuk dimakan. Untuk yang ini aku setuju, friendster dan hal-hal lainnya juga bisa saja haram karena berlebihan, misalnya mengabaikan panggilan sholat karena asyik ber-facebook/friendster/blogger-ria. Tapi ini (facebook tidak haram) bukan satu-satunya aku jadikan alasan mengapa aku aktif kembali di facebook. Jujur, masih ada hal yang mengganjal pikiranku; benarkah pemilik facebook Mark Zuckerberg menyumbangkan pendapatannya pada pemerintah Israel untuk mendanai penyerangan Palestina?
Hingga kini belum ada keterangan resmi dari pihak yang jelas keberadaannya. Bila ada, akan aku deactive kembali, goodbye for good. Wallohu’alam.

Jumat, 12 Juni 2009

Hajri, from Bukit Kemuning for BEM Unila

Written by Syofian Hadi

“TOMI-HAJRI MENANGKAN PEMIRA”
Headline buletin mahasiswa Universitas Lampung Teknokra edisi terbaru hari ini, Jumat 12 Juni 2009, langsung menjawab rasa penasaranku selama ini, karena Pemira ini berjalan tak selancar yang diharapkan. Walaupun begitu, terus terang aku bingung harus mengucapkan apa, apakah harus mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dahulu atau mengucapkan ‘innalillahi wainna ilaihi roji’uun’. Ah, aku ucapkan saja dua-duanya.
Kenapa aku begitu penasaran dan juga lega ketika mengetahui Tomi-Hajri memenangkan Pemilihan Raya (Pemira) Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM Unila) periode 2009/2010 dengan mengalahkan tiga pasangan lainnya?

Aku sebenarnya tidak begitu mengenal Tomi meskipun satu almamater di FKIP Unila, tapi yang aku kenal sekali dari pasangan ini adalah Hajriansyah. Hajri adalah adik kelasku waktu sekolah di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning, aku kelas 3 dia kelas 1. Kami juga pernah sama-sama aktif di Purna Paskibraka Bukit Kemuning, dan belakangan kami juga sama-sama berkecimpung di Forum Alumni Rohis (FARIS) SMA Negeri 1 Bukit Kemuning. Ada suatu kebanggaan di hatiku. Pertama, alhamdulillah, ternyata Tomi-Hajri dipercaya oleh para pemilih. Kedua, karena Tomi berasal dari FKIP dan Hajri adalah alumni SMA Negeri 1 Bukit Kemuning. Ketiga, berhubungan dengan isu yang terakhir berhembus mengenai SMA kami, ini pembuktian bahwa alumni kami juga memiliki kemampuan dan juga mampu bersaing. Yang aku tahu, sepertinya Hajri adalah satu-satunya alumni SMA kami yang berhasil menjadi pimpinan di level Universitas, meskipun hanya Wakil Presiden. Semoga ini memacu alumni-alumni yang lain untuk tetap terus mengembangkan diri.

Hmm, dari semua ceritaku di atas sepertinya aku sudah tidak objective lagi. Memang benar itu. Aku akui, karena kalau secara subjective, aku justru bingung pasangan capres-wapres mana yang layak untuk BEM Unila ini karena aku yakin semua kandidat pasti memiliki kemampuan masing-masing. Mungkin semua layak. Oleh karena itu, alasan kebahagiaanku memang bukan dari sisi objective. Kebahagiannku hari ini lebih kurang bagaikan kebahagiaan rakyat Indonesia yang bergembira atas kemenangan Obama saat pemilu presiden Amerika yang hanya lebih dikarenakan Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia beberapa tahun saja. Tapi aku akui, yang aku kenal, Hajri memang anak yang berakhlak baik dan cerdas. Buktinya meraka terpilih. (Hwehehe,teuteuup.. Peace ah!)

Pro-Kontra, kericuhan, kerusahan, dan masalah-masalah lainnya yang mengiringi Pemira ini semoga tidak berlarut-larut, semoga dapat dijadikan pelajaran agar dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Mungkin sudah banyak bermacam doa dan harapan yang disampaikan untuk Tomi-Hajri. Aku hanya berdoa dan berharap, semoga selama kepemimpinan Tomi-Hajri satu tahun mendatang tidak ada masalah-masalah baru, tapi justru memuncul begitu banyak prestasi-prestasi baru dan luar biasa. Amiiin.
Semangat TOHA! Allohu akbar!

Jadi keinget sms kampanye dari salah seorang teman:
Mendayung perahu hingga ke hulu
Mencari putra mahkota raja dan ratu
Jika mau BEM Unila maju
Maka pilihlah paket satu

Senin, 08 Juni 2009

GURU IDOL, Me!

Written by Syofian Hadi

Guru Idol? Aku langsung teringat dengan kontes ajang mencari penyanyi baru "Indonesian Idol" saat melihat pamflet seminar nasional pendidikan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusana Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Universitas Lampung ini, karena warna dan font yang digunakan pada logo Guru Idol ini hampir sama persis dengan logo Indonesian Idol.

“GURU IDOL”
MENJADI GURU YANG PROFESIONAL BERDEDIKASI TINGGI DAN DICINTAI ANAK DIDIK




Begitulah temanya. Tema umumnya mungkin sudah cukup sering diangkat. Tapi ‘Guru Idol’ sangat menarik perhatianku, aku menjadi bertanya-tanya sendiri seperti apakah guru idol itu. Tema yang seperti ini memang jarang sekali diangkat dalam sebuah seminar pendidikan. Lagi pula, bagaimana tidak menarik, pada pamflet tersebut tertulis nama Ketua MPR RI DR. H.M Hidayat Nurwahid, MA. sebagai keynote speaker. Ketiga pembicaranya pun juga tak kalah menarik, yaitu:

1. Dr. Sulistyo, M.Pd. (Ketua Umum PGRI Pusat)
2. Ir. Johnson Napitupulu, M.Sc. (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung)
3. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. (Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung)

Karena rasa penasaranku yang sangat besar mengenai ‘Guru Idol’ ini, aku putuskan untuk mengikuti seminar ini, aku juga ingin menjadi guru idola yang diidolakan oleh semua siswaku kelak.

Tapi sayang, semangatku yang menggebu-gebu menjadi agak sedikit menurun. Karena pada hari H kemarin, Minggu 7 Juni 2009, ternyata tidak 100% sesuai dengan apa yang dipromosikan sebelumnya; keynote speaker dan dua pembicara yaitu DR. H.M Hidayat Nurwahid, MA., Dr. Sulistyo, M.Pd., dan Ir. Johnson Napitupulu, M.Sc. berhalangan hadir. Hanya Dr. Undang Rosidin, M.Pd., yang tidak berhalangan. Kedua pembicara yang berhalangan hadir tersebut digantikan oleh Wakil Ketua PGRI Provinsi Lampung Dra. Hj. Maysari Berty, M.Sc., dan Kabid. Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Dr. Khaidarmansyah, SH., M.Pd.

Yang menjadi pembicara pertama adalah Ibu Dra. Hj. Maysari Berty, M.Sc. Beliau menjelaskan latar belakang dan berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan seperti rendahnya kualitas pendidikan yang tidak dapat terlepas dari rendahnya kualitas para pendidik. Menurut beliau, guru harus memenuhi kriteria guru profesional, berdedikasi tinggi, dan mencintai anak didik dengan cara memahami dimensi dan model pembelajaran.

Pembicara kedua adalah Bapak Dr. Khaidarmansyah, SH., M.Pd. Menurut beliau, guru merupakan salah satu komponen pendidikan. Oleh karena itu, sesuai dengan UU Guru dan Dosen No. 14 / 2005, guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik, dan menguasai kompotensi bidangnya. Sehingga guru yang profesional dan bermutu akan menjadi idola dan dicintai oleh anak didiknya.

Pembicara yang ketiga adalah Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Beliau menjelaskan mengenai hal-hal yang disenangi dan tidak disenangi para siswa. Guru idola harus memiliki 3 H, yaitu:
1. Head; memiliki kompetensi, wawasan luas dan inovasi.
2. Heart; melaksanakan tugas dengan “hati” (berempati, penuh kehangatan, memahami dan mengenal kepribadian anak).
3. Hand; memiliki keterbukaan dan sifat humoris sehingga anak termotivasi untuk belajar.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh ketiga pembicara, aku menobatkan Pak Undang sebagai ‘Pembicara Idol’. Penjelasan beliau sangat tepat sasaran dan sesuai dengan tema yang aku tunggu-tunggu.


Kesimpulanku, guru yang diidolakan semestinya harus memiliki kriteria profesional, standar kompetensi yang lengkap, dan mengenal pribadi anak. Meskipun pada kenyataannya guru yang diidolakan siswa belum tentu memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Guru yang ramah, ramai, gaul, pintar, lucu, memberi kelonggaran dan kebebasan biasanya diidolakan oleh para siswa ketimbang guru yang profesional dan tegas dalam menegakkan kedisiplinan, meskipun para guru tersebut memiliki kriteria profesional dan bisa dikatakan pintar. Jadi, guru idola belum tentu guru yang memenuhi kriteria keprofesionalan guru, sebaliknya guru profesional belum tentu diidolakan para siswa.

Ambil contoh saja kontes ajang mencari penyanyi baru Indonesian Idol, tidak semua pemenang Indonesian Idol memenuhi kriteria penyanyi profesional, meskipun para juri telah mengkritik atau menyatakan bahwa penampilan kontestan tersebut tidak bagus atau tidak layak, tetapi jika para penonton suka sehingga pooling sms-nya teratas, maka dia akan tetap dinobatkan menjadi idol. Begitu juga sebaliknya, kontestan yang memenuhi kriteria penyanyi profesional belum tentu disukai para penonton, meskipun para juri telah menilai baik dan memuji penampilannya, karena para penonton tidak menyukainya sehingga poolingnya sms-nya rendah, maka kontestan tersebut gagal meraih gelar idol. Kontes ini hanya mengacu pada pooling sms karena rasa suka dan tidak suka para penonton

Jadi menurut saya, mari kita menjadi guru ideal, yaitu guru yang profesional dan diidolakan. Perlu usaha, pembelajaran, dan kesabaran untuk mencapai ideal ini. Mari kita terapkan rumus 3H dari Pak Undang; HEAD, HEART, HAND MAKE IDEAL.

Akhirnya semua kekurangpuasanku terhadap kinerja panitia penyelenggara terbayar dengan penyajian materi dan dialog dari ketiga pembicara tersebut, cukup memuaskan. Aku menjadi lupa bahwa aku tidak diberi blocknote dengan alasan kehabisan, aku lupa bahwa Pak Hidayat Nurwahid dan kedua pembicara lainnya berhalangan hadir, aku lupa semua isi janji di pamflet yang aku lihat bebrapa waktu lalu, apalagi ketika aku disungguhkan makan siang yang aku tunggu dengan cukup lama tanpa air minum pun tidak aku ambil pusing, yang aku ingat adalah “Ya, aku adalah seorang guru, guru ideal adalah aku!”. Insya Alloh.

Latah! Eh, Latah!

Written by Syofian Hadi

Dorr..dor..dor..ee..e.dor..dor..ee..!
Itulah teriakan latah Sanae, mahasiswa Fakultas Kedokteran Malahayati, ketika dikejutkan oleh salah seorang temannya. Dorr!!
“Sanae Lompat!”, teriak salah satu temannya. Sanae pun spontan langsung lompat-lompat seolah-olah terhipnotis oleh ucapan temannya tersebut.

Apa sih Latah itu?
Menurut wikipedia, latah merupakan suatu gejala psikologis yang hanya dikenal pada sistem budaya tertentu. Latah tidak bisa dianggap kebiasaan sepele yang tak ada kaitannya dengan penyakit. Latah berhubungan erat dengan dimensi gangguan jiwa, fungsi syaraf, psikologis dan sosial.

Secara geografis, kawasan Asia Tenggara berada pada peringkat pertama dengan jumlah penderita latah terbanyak. Selain Indonesia, penderita latah juga ditemukan pada beberapa suku di Jepang dan Prancis.

Walaupun tidak sepenuhnya tepat, disinyalir bahwa penyakit ini tumbuh dan berkembang di masyarakat yang menerapkan budaya otoriter dan penderitanya biasanya orang tua, perempuan, berpendidikan rendah dan berada pada kelas ekonomi bawah. Jadi dapat disimpulkan bahwa latah adalah gejala psikologis untuk kaum proletar, berbeda dengan “penyakit elit” yang biasanya diidap kaum borjuis seperti kanker, serangan jantung atau gangguan hati.

Ada dua jenis latah yang dikenal, latah tindakan dan latah verbal.


Latah verbal, menurut wikipedia dibedakan menjadi 2 jenis.
Echolalia, ketika kaget penderita mengulang perkataan lawan bicara tanpa mengubah konteks kata/kalimat. Berasal dari kata Yunani, “Echo” yang mempunyai arti “mengulang”.

Coprolalia, ketika kaget penderita merespon dengan mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata tak senonoh. Berasal dari sebuah kata Yunani, “Coprol” yang mempunyai arti “feces/kotoran”.

Dari sebuah referensi, latah jenis Coprolalia adalah pembuktian dari teori Sigmund Freud (bapak psikologi modern), yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk dengan instink kebinatangan. Perubahan emosi secara tiba-tiba, bisa menjadi trigger dan impulse untuk membangunkan instink tersebut.

Latah tindakan, dibedakan menjadi 2 jenis. yaitu Ekopraksia meniru gerakan orang lain dan Automatic Obedience (melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut). Misalnya, ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti “sujud” atau “peluk”, ia akan segera melakukan perintah itu.

Latah disebabkan oleh beberapa hal. Beberapa teori menyebutkan:
Teori pemberontakan, karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk melakukan sesuatu. Masa lalu yang selalu dikungkung dan dilarang juga bisa dimasukkan kategori ini.
Teori kecemasan, adanya tokoh otoriter di balik layar. Dominasi tokoh yang dekat secara psikologi, tidak harus dalam lingkungan keluarga, bisa menjadi penyebab latah.
Teori pengkondisian, dalam bahasa sederhana disebut ikut-ikutan (trend-follower). Sebagai aktualisasi untuk mencari perhatian dari lingkungannya.

That’s what I got from http://riky.kurniawan.us/idea/latah/

Tapi, orang Indonesia ‘kan dari dulu memang suka latah. Ada yang latah sama bahasa anak-anak gaul; ‘sumpe loe’, ‘ya..iya lah..masa ya..iya..donk’, langsung latah ikut-ikutan menjadikannya sebagai bahasa sehari-hari. Ada yang latah sama mode; muncul model pakaian, gaya rambut, atau gaya-gaya lainnya dari luar negeri, langsung latah ikut-ikutan. Ada yang latah sama barang teknologi baru; BlackBerry lagi ‘in’, langsung juga latah buat beli dan harus punya. Ada yang latah sama orang-orang yang punya kursi di DPR; rame-rame latah pada jadi caleg, it’s okay sich asal pas gagal gak ikut-ikutan latah stress, hehehe..!

Sabtu, 06 Juni 2009

The Winners of Dual Story Telling - ESo Festival 2009



ESo FESTIVAL (E-Fest) 2009
ENGLISH SOCIETY OF LAMPUNG UNIVERSITY
DUAL STORY TELLING WINNERS
May 30th and 31st, 2009



Written by Syofian Hadi


Here are the winners for Dual Story Telling in ESo Festival (E-Fest) 2009 by English Society (ESo) of Lampung University.
Congratulation for all participants.


1st Winner : STAIN Jurai Siwo Metro A
- Andi Setiawan
- Etika Lisyana Dewi
Title: Dream, Success, Forget, and Die


1st Runner Up :
- Dede Jihan Rasika
- Riska Gustiani
Title: The Princess Frog


2nd Runner Up : STAIN Jurai Siwo Metro B
- Hasanul Misbah
- Yeni Suprihatin


The Judges:
Mr. Syofian Hadi
Mr. Habi Septiawan
Ms. Delia

Senin, 01 Juni 2009

SMAN 1 BUKITKEMUNING AND THE CURRENT ISSUE

Written by Syofian Hadi

“Assalamu’alaikum. Ada kabar bahwa alumni SMA Negeri 1 tidak akan diterima di Unila selama 3 tahun. Bener gak sih?”

Kira-kira begitulah ‘shaking message’ yang aku terima dari Mbak Meiliza, alumni 2003 yang saat ini sedang menyelesaikan studinya di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, sekaligus salah satu pembina Forum Alumni Rohis (FARIS) SMAN 1 Bukitkemuning. Sungguh kabar itu benar-benar mengejutkanku. Aku coba konfirmasi ke Mbak Mei mengenai sumber berita tersebut, ternyata informasi itu didapat dari tetangganya. Ingin rasanya langsung menghubungi guru-guru yang sangat aku banggakan tapi aku tidak mempunyai lagi nomor yang bisa dihubungi. Aku segera tulis di milis forum alumni dan siswa SMAN 1 Bukitkemuning: smun1_bk@yahoogroups.com yang dikelola Mbak Mei dengan harapan ada respon, informasi, dan klarifikasi dari teman-teman atau pihak sekolah. Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa sampai ada berita seperti ini?

Tiga jam kemudian, adik perempuanku yang kebetulan sedang duduk di bangku kelas XI di SMA tersebut juga mengirimkanku sms. “Bang, temen-temenku dah siap-siap mau pindah ke SMA di Kotabumi setelah ujian semester ini. Coz orang tua mereka dapat kabar kalo SMAN 1 Bukitkemuning dapat sanksi dari Unila, alumni Unila gak akan diterima di Unila selama 3 tahun?”.
Gdubbraaakk!! Tak terbayangkan olehku bila berita itu benar-benar terjadi. Langsung terbayang wajah kedua orang tuaku. Kalau pindah, paling tidak ke Kotabumi, karena di Bukitkemuning hanya ada satu SMA Negeri. Kasihan adikku bila harus pindah sekolah, karena jarak Kotabumi dengan rumahku lumayan cukup jauh, juga mengingat kakak-kakak kami sudah bekeluaga, jadi saat ini hanya dia yang menemani kedua orangtuaku di rumah. Unila memang bukan satu-satunya jalan sukses setelah tamat SMA, tapi setidaknya Unilalah tujuan pertama, mengingat Unila adalah satu-satunya Universitas Negeri di Propinsi Lampung selain IAIN Raden Intan. Aku mencoba menenangkan adikku, aku minta dia untuk konfirmasi berita ini langsung ke kepala sekolah atau guru yang berwenang.

Aku terus bertanya-tanya ada apa dengan SMAku tercinta itu, masalah apa yang sedang dihadapi sehingga ada kabar seperti ini, kenapa yang jadi korban adalah siswa, kesalahan apa yang telah dilakukan para siswa. Pertanyaan-pertanyaan terus berkecamuk di otakku. Pasti bukan aku saja yang resah seperti ini. Ingin rasanya pulang kampung dengan harapaan mendapatkan kejelasan ini semua, minimal dari satu guru saja, tapi jadwal dan kegiatanku sedang penuh-penuhnya. Aku ingin menanyai atau sms beberapa siswa yang aku kenal di FARIS, tapi aku enggan. Aku ingin mendapatkan kebenarannya langsung dari guru. Sangat disayangkan bila hal ini benar terjadi. Pertama, SMAN 1 Bukitkemuning adalah SMA dengan kualitas yang mampu bersaing, dapat dilihat dari prestasi di sejumlah bidang, jumlah alumni yang diterima di beberapa perguruan tinggi nasional baik melalui jalur SPMB dan PMKA, alumni yang kini bekerja di pos-pos strategis dan lain-lain. Dari yang aku amati, alumni yang kini masih kuliah pun tetap mampu bersaing dan eksis. Sebagai contoh, saat ini saja salah satu alumni 2006, Hajriansyah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unila, mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden BEM Unila berpasangan dengan Antomi, mahasiswa FKIP Unila, sebagai calon Presiden. Untuk hasil sementara mereka mendapatkan suara dengan jumlah terbanyak. Ada masih banyak lagi alumni kita yang kini duduk di posisi elit di beberapa organisasi kemahasiswaan, keagamaan, sosial, dan masyarakat. Beberapa alumni juga telah bekerja di beberapa perusahaan dan institusi meskipun masih sedang merampungkan studi akhirnya. Belum lagi dari kampus-kampus di luar Unila. Alumni yang tidak menempuh studi di perguruan tinggi pun juga mampu bersaing dan eksis dalam dunia kerja dan masyarakat.

Aku coba menghubungi salah satu guru yang juga pembina Rohis, Ibu Rodiah. Aku mendapatkan nomor handphone beliau dari Aan Ansyori, hanya nomor itu yang dia punya. Alhamdulillah, Bu Rodiah mau berbagi informasi. Beliau mengklarifikasi. Adikku juga telah mendapatkan konfirmasi dari Pak Edi. Alhamdulillah, TERNYATA BERITA ITU HANYA ISU BELAKA. Mungkin berita ini merebak karena untuk dua tahun ini tidak satupun siswa yang diterima Unila melalui jalur PMKA, hal itu pun bukan karena adanya masalah antara SMAN 1 Bukitkemuning dengan Unila, tapi karena memang nilai siswa yang tidak lulus kualifikasi untuk program studi atau jurusan yang mereka inginkan. Kalau di SNMPTN tahun ini tidak ada siswa yang diterima di Unila, para siswa diperbolehkan pindah. Seandainya ada masalah antara SMAN 1 Bukitkemuning dengan Unila pun, hal ini tidak akan berkaitan dengan siswa atau alumni. So, it’s only an issue, guys! But, what’s a problem anyway? Memangnya ada masalah?

Seandainya ada, benar hal itu bukan urusan kita. Percayakan bahwa pihak pimpinan SMAN 1 Bukitkemuning mampu menyelesaikannya. Sebagai alumni, apa pun masalah yang sedang dihadapi, aku sangat berharap sekali supaya hal ini tidak berpengaruh kepada siswa, jangan sampai mereka yang menjadi korbannya. Semoga dengan adanya berita ini, bisa menjadi cambukan bagi SMAN 1 Bukit Kemuning untuk lebih maju lagi, mengupgrade semua personil, mereformasi sistem yang kira-kira sudah tidak applicable dan compatible. Lebih fokus lagi terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan siswa dengan banyak dilibatkan dalam berbagai event. Aku masih yakin, guru-guruku di sana pasti sudah punya impian, ambisi, dan konsep yang jauh lebih baik untuk kemajuan SMA Negeri 1 Bukitkemuning tercinta. Semangat! Allohuakbar!!

Adik-adikku, PMKA bukan satu-satunya jalan. Kalau mau masuk Unila, masih ada SNMPTN. So, tetep semangat ya, prepare yourselves. Make everyone ‘ternganga-nganga’ with your awesomeness!!