Re-twitted from @wekadharmawan
Dakwah itu menuntut kebersihan hati pelaku dakwah, karena bersihnya jiwa itu hasil dari dakwah itu sendiri. Ketika hati sang pendakwah itu mendengki, bisa jadi hati manusia yg didakwahi itu tersisip bibit kedengkian.
Jika ada pergerakan dakwah yang berdakwah dengan content kebencian kepada pergerakan dakwah lain yang dianggap berbeda dari keyakinannya, akan menjadi derevatif kepada pengikutnya.
Allah melakukan pembersihan hati dengan mencuci hati Rasulullah sebelum beliau mengemban dakwah yang begitu berat sehingga kelak dakwah yg disebarkan benar-benar bersih dari kebencian dan sakwasangka.
Saat Rasulullah berdakwah, kebencian itu sesuai porsinya al haq wal bathil. Yang dibenci itu sifatnya dan bukan kepada orangnya. Terbukti ketika sahabat telah berubah dari kafir menjadi iman Rasul mencintai dengan penuh.
Dan derevatif dari dakwah rasul kepada pengikutnya terlihat bagaimana
sahabat ketika ingin membunuh orang kafir kemudian diludahi dan tidak jadi. Aku tak ingin membunuh karena syahwat kebencian.
Mungkin saja dakwah ini secara kwalitas belum mendapatkan hasil yang paripurna
walaupun secara kuantitas terus berkembang karena ini sunatullah.
Masih terlihat disharmony pemikiran antar pergerakan dakwah. Oleh sebab itu sebagai juru dakwah, mari kita awali untuk tanpa bosan membersihkan hati (tazkiyah qolbiyah), beristighfar, membiasakan dengan ucapan yang benar, berfikir kebaikan dan beramal dengan nilai kemanfaatan.
Percayalah, kejayaan islam (khilafah) itu terjadi kelak saat pesona
kebenaran Islam seharum pesona keagungan pesona pribadi umatnya. Syaikh Hasan al Banna berpesan untuk memulai sakwah itu dari diri kita sendiri baru perbaiki orang lain.
*jazakalloh Pak Weka, semoga berkenan twitternya ana copas di sini, izinkan juga judul yg ana buat sendiri di atas. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar Anda. Tolong tinggalkan alamat e-mail, blog atau website Anda.