Selasa, 19 Mei 2009

Hadi: Frenz, Gabung di MUXLIM yukz !

Taken by Syofian Hadi from Arrahmah.com

MUXLIM: Jejaring Pertemanan Genre Muslim

Sejak muncul Friendster hingga demam Facebook, situs jejaring sosial makin menjamur. Kini muncul sebuah situs genre ini yang khusus ditujukan untuk Muslim, yakni Muxlim.
Muxlim pertama kali dikembangkan oleh Mohammad El Fatrary dari Uni Emirat Arab pada 2006 silam. Situs itu menyediakan berbagai sarana komunikasi dan mengekspresikan diri seperti yang disediakan oleh situs pertemanan umum yang lebih populer.

Mulai dari chatting, content sharing, jajak pendapat, berita-berita dari negara Islam, serta menampilkan profil lengkap dengan avatar. El Fatatry yang sempat bersekolah di Finlandia pada 2004, tertarik membuat situs itu karena ia tidak puas dengan situs-situs semacam itu yang ada saat ini.

“Meski berisi muatan religius atau politik, tidak satu pun yang sesuai dengan selera saya untuk berbagi banyak hal soal mode, musik, atau film dengan pengguna lainnya,” ujarnya kepada International Herald Tribune, Senin (23/3).

Situs itu memang tidak menerapkan kebijakan muatan. Namun pengawasnya memantau penggunaan bahasa atau pemuatan gambar yang tidak pantas. Beberapa pengguna mengaku situs itu lebih mudah digunakan.

Ahmadzai, seorang remaja Afghanistan yang tinggal di Finlandia mengatakan pengguna situs itu bisa mendapat manfaat ganda selain mendapat teman. Ia bisa mempelajari atau mendapat informasi mengenai Islam dan pemeluknya. Non-Muslim juga bisa bergabung dengan situs tersebut.

El-Fatatry mengatakan potensi pasar yang disasarnya cukup besar. “Dimana lagi anda bisa menemukan potensi pasar khusus (niche market) sebesar seperlima populasi dunia?” tandasnya.

Minggu, 17 Mei 2009

Relativisme dan Tipu Daya Setan

Taken by Syofian Hadi from Majalah Islam Ar-Risalah

RELATIVISME DAN TIPU DAYA SETAN
Oleh: Adian Husaini


Pada 22 Maret 2009, pada sebuah seminar, saya mengedarkan serangkaian daftar pertanyaan kepada guru-guru sebuah sekolah Islam di Jawa Tengah. Para guru cukup menjawab SETUJU atau TIDAK SETUJU. Salah satu pertanyaan berbunyi sebagai berikut:

“Manusia adalah makhluk yang relatif, sedangkan Tuhan adalah Yang Maha Mutlak. Karena itu, setiap pendapat manusia adalah relative, sehingga tidak boleh memutlakkan pendapatnya. Jadi, hanya Tuhan yang tahu akan kebenaran yang hakiki. Manusia tidak tahu dengan pasti suatu kebenaran, sehingga tidak boleh merasa benar sendiri dan menghakimi orang lain sebagai sesat atau kafir. Masalah sesat atau kafir adalah urusan Allah, dan serahkan saja kepada Allah.

Dari 65 jawaban yang masuk, ada 53 guru (81,5%) menjawab SETUJU, dan 12 guru (18,5%) menjawab TIDAK SETUJU. Artinya, ada 80 persen lebih guru-guru sebuah sekolah Islam yang setuju dengan paham Relativisme. Padahal, paham ini sangat berbahaya bagi sebuah keyakinan. Paham relativisme telah melanda dunia pendidikan Barat dan kemudian diglobalkan ke berbagai belahan dunia.

Seorang penyair terkenal Pakistan, Dr. Muhammad Iqbal, yang hidup pada tahun 1940-an, sampai mengingatkan umat Islam dalam sebuah puisinya, Bal-e-Jibril, bahwa pendidikan Barat modern membawa dampak terhadap hilangnya keyakinan kaum muda Muslim terhadap agamanya. Padahal, menurut Iqbal, keyakinan adalah aset yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia., maka itu lebih buruk ketimbang perbudakan.

Relativisme biasanya didefinisikan sebagai doktrin dimana ilmu, kebenaran, dan moralitas yang berlaku selalu terkait dengan budaya, sosial, dan konteks sejarah, dan tidak bersifat absolut. Jadi, jika dikatakan, bahwa kebenaran adalah relatif, maka artinya, kebenaran itu hanya berlaku temporal, personal, parsial, atau terkait dengan budaya tertentu. Tidak ada kebenaran abadi atau kebenaran bersama.

Contohnya, kebenaran Islam dianggap hanya berlaku untuk orang Islam saja. Kebenaran Kristen juga hanya untuk orang Kristen dan sebagainya. Apakah zina itu buruk? Penganut relativisme moral akan mengatakan, bahwa itu tergantung pada konteks budaya atau situasi tertentu. Maka, bagi orang Barat sekular, kejahatan zina tidak berlaku mutlak. Jika zina dilakukan suka sama suka, dan sama-sama dewasa, maka itu bukan tindak kejahatan. Jika zina dilakukan dengan anak-aanak barulah dikatakan sebagai kejahatan.

Adalah sangat fatal jika seseorang sampai menyatakan, bahwa “saya tidak tahu kebenaran” dan “saya tidak tahu dia sesat atau tidak”. Sebab, seorang Muslim setiap hari berdoa: “Ya Allah tunjukkanlah aku jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan, dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat!”

Banyak juga yang berdoa: “Ya Allah tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk mengikutinya; dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang bathil itu bathil dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya”.

Jika seorang berdoa seperti itu, bukankah sangat aneh, jika kemudian dia mengataan bahwa “yang tahu kebenaran hanya Allah!”, lalu untuk apa dia berdoa? Untuk apa dia diberi akal untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Untuk apa Allah menurunkan wahyu yang salah satu fungsinya adalah sebagai “al-Furqan” yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Jika manusia tidak dapat memahami kebenaran, lalu untuk apa Allah memerintahkan agar manusia mengajak manusia kepada jalan Allah? (QS 16:125).

Maka, ujung dari pemahaman relativisme ini adalah sikap apatis terhadap kebenaran. Sikap bebal, sikap masa bodoh. Tidak peduli mana iman dan mana kufur, mana taauhid dan mana syirik. Tidak peduli mana haq dan mana bathil. Juga tidak peduli mana halal dan mana haram. Mana baik dan mana buruk. Manusia seperti ini tidak mungkin bisa diajak untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar. Sebab, dia akan menyatakan, bahwa “hanya Allah yang tahu kebenaran”.

Jadi, itulah bahaya virus relativisme kebenaran. Pertanyaan tersebut perlu dicermati dengan seksama. Apakah manusia bisa memahami kebenaran secara mutlak? Jawabnya tegas: Bisa! Tentu, kebenaran mutlak sebatas kemampuan manusia, sebab manusia memang tidak diciptakan Allah untuk bisa menandingi Allah. Justru, dalam batasan manusialah, Allah mengaruniai kemampuan akal untuk menerima kebenaran yang mutlak. Dari akal yang menerima kebenaran itulah lahir sebuah keyakinan. Maka, syarat iman adalah yakfur bitthagut, ingkar kepada thaghut. Iman mensyaratkan yakin, dan tidak ada keraguan.

Kaum Muslim saat ini perlu terus mewaspadai berbagai upaya penyesatan dengan berbagai cara. Sebab, Allah sudah mengingatkan dalam al-Quran, bahwa setan dari jenis manusia dan jin akan selalu berusaha menyesatkan manusia. Caranya, dengan menyebarkan kata-kata indah dengan tujuan untuk menipu (zukhrufal qauli ghuruura). (QS 6:112)

Paham relativisme iman dan relativisme kebenaran bisa dikatakan sebagai salah satu contoh bentuk tipudaya setan. Kini, banyak buku-buku kaum liberal yang mengajarkan paham relativisme iman, dimana setiap pemeluk agama dilarang untuk meyakini kebenaran agamanya sendiri. Ada sebuah buku karya Prof. Abdul Munir Mulkhan, guru besar di UIN Yogyakarta, berjudul “Kesalehan Multikultural” (2005) yang isinya banyak menggugat keyakinan umat Islam atas agamaya sendiri.

Sebagai ganti dari pendidikan Tauhid, dia mengajukan gagasan ‘Pendidikan Islam Multikultural’. Munir menulis: “Jika tetap teguh pada rumusan tujuan pendidikan (agama) Islam dan tauhid yang sudah ada, makna fungsional dan rumusan itu perlu dikaji ulang dan dikembangkan lebih substantive. Dengan demikian diperoleh suatu rumusan bahwa Tuhan dan ajaran atau kebenaran yang satu yang diyakini pemeluk Islam itu bersifat universal. Karena itu, Tuhan dan ajaran-Nya serta kebenaran yang satu itu mungkin juga diperoleh pemeluk agama lain dan rumusan konseptual yang berbeda. Konsekuensi dari rumusan di atas ialah bahwa Tuhannya pemeluk agama lain, sebenarnya itulah Tuhan Allah yang dimaksud dan diyakini pemeluk Islam. Kebenaran ajaran Tuhan yang diyakini pemeluk agama lain itu pula sebenarnya yang merupakan kebenaran yang diyakini oleh pemeluk Islam.” (hal 182-183).

Profesor UIN Yogya itu juga menegaskan: “Surga dan penyelamatan Tuhan itu adalah surga dan penyelamatan bagi semua orang di semua zaman dalam beragam agama, beragam suku bangsa dan beragam paham keagamaan. Melalui cara ini, kehadiran Nabi Isa atau Yesus, Muhammad SAW, Buddha Gautama, Konfusius, atau pun nabi dan rasul agama-agama lain, mungkin menjadi lebih bermakna bagi dunia dan sejarah kemanusiaan. Tuhan semua agama pun mungkin begitu kecewa melihat manusia menggunakan diri Tuhan itu untuk suatu maksud meniadakan manusia lain hanya karena berbeda pemahaman keagamaannya,” (hal 109).

Pendapat profesor tersebut jelas keliru, sebab masing-masing agama memiliki keyakinan yang khas. Islam yakin bahwa Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Kita, sebagai Muslim, yakin bahwa setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW, maka semua manusia harusnya juga mengikuti ajaran dan perilaku utusan Allah tersebut. Tentu, sebuah kejahatan kepada Allah jika manusia menolak untuk mengikuti utusan-Nya. Jika mereka mengakui Tuhannya adalah Allah, maka konsekuensinya, mereka harus mengikuti utusan-Nya. Jika tidak, maka mereka disebut sebagai pembangkang atau kafir. Itu keyakinan kita sebagai Muslim, yang pasti, dan tidak bersifat relatif. (Depok, 28 Rabi’ulawwal 1430 H/25 Maret 2009)

Rabu, 13 Mei 2009

EL-SHIRAZY: FILM KCB INSYA ALLAH PENGAWALAN SYARIAHNYA KETAT

Taken by Syofian Hadi from eramuslim

Setelah "Ayat-Ayat Cinta" (AAC) menjadi novel best seller dan film nya juga masuk ke jajaran Box Office film Indonesia bahkan konon Asia Tenggara – Novel Habiburrahman El-Shirazy yang berjudul "Ketika Cinta Bertasbih" (KCB) yang juga novel best seller, kembali di layar lebarkan.

Film KCB ini cukup berbeda dari film AAC, karena shooting nya langsung di lokasi tempat kejadian yang ada di novel tersebut. Para pemain KCB sejak akhir tahun lalu sudah berada di Mesir untuk memulai shooting, dan pembuatan film KCB setting di Mesir ini telah berakhir.

Habiburrahman El-Shirazy atau yang lebih dikenal dengan Kang Abik berharap banyak terhadap film yang di ambil dari novel best sellernya ini. Dia sendiri berharap film KCB bisa mengulang sukses seperti halnya AAC.

Eramuslim berkesempatan mewawancarai Kang Abik (sapaan akrab dari Habiburrahman El-Shirazy) – pada pertemuan dalam suatu acara - berkaitan dengan film KCB. Berikut wawancaranya :

Bagaimana perkembangan terakhir film KCB? Bagaimana persiapan dan kapan launcing?

Alhamdulillah ini KCB rencananya akan dua film..jadi lebih serius..ini sudah selesai yang satu, setting yang di Mesir, tinggal sekarang itu proses editing sama finishing nya. InsyaAllah bulan Juni launching nya

Para pemain sudah pulang semua ke Indonesia?

Ya..sudah pada pulang..karena tinggal editing aja..nanti bulan akhir february ini shooting lagi untuk film yang ke dua

Apakah film nya akan keluar langsung kedua-duanya?

Film nya akan keluar satu-satu InsyaAllah..Satu film pun sdh merupakan satu cerita

Dari film KCB sendiri, moral apa yang ingin disampaikan kepada penonton?

Pertama..cinta..masih sama ya..tentang bagaimana kita mensucikan cinta…..cinta yg suci sesuai syariah yang kedua tentang etos kerja..tentang seorang Azzam yang berani mandiri karena banyak kan kadang-kadang para remaja itu gengsi untuk mandiri seperti yang dilakukan oleh Azzam, yang berikutnya soal ikhtiar yang maksimal, dalam berikhtiar tetap harus dibarengi dengan doa.

Dari sisi genre..apakah KCB layak ditonton keluarga, atau terbatas untuk remaja atau dewasa?

Itu layak untuk ditonton keluarga, karena kita pengawalan syariahnya InsyaAllah benar-benar ketat..jadi beda dengan Ayat-ayat cinta yang kemarin itu..Kita memang merencakan KCB ini bener-bener...kan kita sebelum bikin film sowan ke MUI..dan kita minta sebelum premier MUI menonton juga. Meskipun juga beberapa ulama dan ustadz kita libatkan dalam pengawalan pembuatan KCB.

Dari film KCB, apa harapan yang Kang Abik inginkan?

Harapannya tentu saja film KCB ini bisa lebih baik dari film sebelumnya, dari sisi kualitas film itu sendiri, juga dari sisi di apresiasi oleh masyarakat.

Soal kemiripan dari novelnya sendiri? Mengingat orang banyak kecewa menonton AAC karena banyak tidak sesuai dengan novel..


Ya ini InsyaAllah agak lebih dekat dengan novelnya karena kita shooting di tempat-tempat asli yang ada di novelnya itu, kalo di kairo yah benar-benar di kairo ketika bicara sungai Nil yah sungai nil yang asli tapi kan kadang-kadang imajinasi orang kan beda-beda meskipun dikasih yang aslipun belum tentu sama dengan imajinasi nya..tapi saya kira ini lebih mirip dengan novelnya.

Jazakallah kang Abik atas waktunya...

Jumat, 08 Mei 2009

ISRAEL TERPUKUL SERUAN BOIKOT PRODUK ZIONIS

Taken by Syofian Hadi from Majalah Islam Ar-risalah

Koran Marker yang berafiliasi dengan Israel dalam edisi terbarunya menulis, pada beberapa bulan terakhir boikot produk Israel berdampak bagi 21 persen ekspor rezim ini. Sementara itu, Koran Guardian Inggris dalam laporan terbarunya mengatakan, eksportir di Israel melaporkan penurunan permintaan semenjak serangan ke Jalur Gaza.

Sejumlah 21% dari 90 eksportir local yang ditanyai merasakan langsung dampak penurunan permintaan karena isu boikot, terutama dari Inggris dan Negara-negara Skandinavia. Dan menurut laporan dari Institut Ekspor Israel menyebutkan, 10% dari 400 eksportir yang ditanyai menerima pemberitahuan pembatalan pesanan tahun ini.

Dalam beberapa bulan terakhir perusahaan-perusahaan di Israel telah melaporkan dampak pemboikotan produk Yahudi. Bahkan, editor senior Nehemia Streslerr begitu marah terhadap Menteri Perdagangan dan Industri yang menyuruh tentara Israel “menghancurkan seratus rumah di Gaza” dengan setiap roket Israel. Sang Menteri, tulis Stressler, tidak memahami seberapa banyak operasi di Gaza telah merugikan ekonomi. Stressler menambahkan, “gambar yang mengerikan di TV dan pernyataan politisi di Eropa dan Turki akan mengubah perilaku konsumen, pengusaha, dan calon investor. Banyak konsumen Eropa memboikot produk Israel dalam prakteknya”. Dari sini, masihkah kita ragu dan berpikir bahwa boikot produk Israel tidak efektif? (www.hidayatullah.com)

Rabu, 06 Mei 2009

OUR HAPPY MOMENT

Written by Syofian Hadi

(Special for my friends who didn’t join with us. You will be jealous and regret yourselves hehehe :-)

“Aslmlkm, MORNING GUYS!
It’s a nice & tiring trip, wasn’t it?”

That was a message from Dwi whose ring tone woke me up at 8 a.m. My bad tempted me to lie down on it after Subuh, I was so exhausted. Yeah, yesterday’s trip was very very very nice and tiring trip. It may be usual trip for other people, but for us it has impressed us so much. Because it’s long time not to have fun and see each other, we miss each other so bad. In addition, some of friends have never come to Metro City, Pekalongan and Batanghari, East Lampung.

Yesterday, we –The representative of English Department of Lampung University, Generation 2004; Hadi, Ahyar, Satria, Perzan, Fevi, Nila, Dwi, Fitri, Widya and Marsha- actually wanted to attend Tisna’s wedding in Batanghari, East Lampung. But we didn’t realize that we would get more fun and impression than we had planned before. We started our jouney from Beringin Cinta Unila Park (ups, if I am not mistaken; now it’s called as Beringin Intelektual). Actually we’ve made an appointment to assemble there at 7 but in fact we could gather our friends at 7.40, who were the latecomers? Hahaha.. Then, five riders and navigators began the journey by motorcycle. The first destination is Anwar’s house in Pekalongan, East Lampung. Besides we would pick him up we also planned to change our clothes there.

Alhamdulillah, after we spent one and half hour, we arrived at Anwar’s house. He, his parents and little twins sisters welcomed us so friendly. His mother gave us three big plates of Tahu, special from Pekalongan, very delicious. Thank alotz Bu! While we were enjoying the hot tofu, surprisingly Carli, Fita, Zurid and her friend Juan came after us. We couldn’t wait for going to Tisna’s wedding. We had to run our next journey.

Eight motorcycles ran their wheels to get our next destination, Batanghari. Anwar as the Captain guided us. We needed to spend about a half hour to get there. Ephoi, Irun and Sigit were waiting for us. We were late; we couldn’t see the Ijab Qobul. Then we came into the wedding party as if 18 warriors attack the kingdom to kidnap the Princess. The bride was still in her bedroom, making her up more beautiful. We forgot about her for a moment, we were directly invited to get lunch. Sure, it was more interesting, hahaha. The time was for enjoying all the foods, share all experience, fun and deep longing while Ahyar was busy shooting all the moment by Nila’s handy cam as our request, sorry Yar!
After a half hour, Tisna, the beautiful bride, got from her room, she acted as if she were a celebrity who is greeting her fans. Spontaneously, some of our friends expressed different; “Ciyeee..”, “Cuit..cwuit..”, “Wow, so beautiful”, “She is not Tisna”, “Hey, open your mask!”, “Rantib..rantib..razia waria!”. Those were only a joke, but she was still confident, even more ‘gokilz’. Hwahahaha.. Then we came to her on the stage where the bridal couple sat, the stage was very crowded by 18 more people. We gave her greeting, made a wish; she and husband are blessed by Alloh SWT. Amiiin. One more, of course, all my friends wouldn’t pass this ritual; taking picture. C’mon guys, pose! Take all different poses! Hahaha..

All of us came back to Anwar’s house to change our clothes and take our goods left there. Next, our destination is Ahyar’s house in 23 Karang Rejo, Metro City. Most of our friends haven’t ever come to his house. But Carli, Fita, Zurid and Juan couldn’t follow us because Fita and Zurid had to teach their class at 2 o’clock. We spent about 15 minutes from Anwar’s house. Arrived there, Ibu, Bapak, Mbak Ita, and little niece Azfa welcomed us warmly. There were so many laughable things, and some friends to be our laughingstock. Anyway, we haven’t taken Dzuhur pray. We decided to do it in Satria’s house. Ahyar’s house was being repaired because they were preparing for Mbak Ita’s wedding.

All friends went to Satria’s house in 29 Metro City. I would follow them later because I had to go to 21. It’s a name of region, not the name of cinema, hehehe. People there called Selikur. Formerly, Metro was divided into some blocks such as 21, 23, 22, 16c, 22 polos, 28, etc. I saw my old sister and two nieces; Alifva and Syafa, they were lonely because their father and brother, Zidan were being in Bukit Kemuning, North Lampung, visited my parent. I just greeted and kissed them. Soon I went to Satria’s house. I spent about 20 minutes. I saw Ibu and Ayah. Although Ibu was very busy as a carrier woman, she still had time for us to make Pempek, Bakwan and Es Cendol. She is very success women, in fact she can fatten up Satria as jumbo as we see now, hwahaha. Then Ibu and Ayah left us because they had duty in a military office and Ibu had to teach. I was very full; I still remember how many foods came into my stomach in every place we visited.

Well, our next destination is Metro City Park in front of Masjid Taqwa. There we had joke, felt Metro City’s charisma, and of course did our compulsory activity; taking picture from many side, angle, place with so many different pose and expression. We don’t know when we can be ‘narcissism-person’ like this time, hehehe..

It was 3 o’clock, we had to go now. Our last destination is going home, our beloved home or boarding house, Bandar Lampung. Alhamdulillah we arrived safe at 4. Suddenly my navigator realized then reminded me that we’ve just passed five regencies and cities; Bandar Lampung, Pesawaran, Central Lampung, Metro, and East Lampung. Yeah, we’ve ridden our motorcycles through five regencies and cities in about eight hours. We’ve got our today’s fun and warm friendship. Friends, I will miss this moment forever, I’m not sure I can forget this! We must make it again next time.

Ughh, I had class in LC Malahayati University at 4.30. I had to teach… Whooah, I’m very tired!!

Minggu, 03 Mei 2009

THE 11TH SEPC QUIZ CONTEST WINNERS

Written by Syofian Hadi


THE 11TH STUDENT ENGLISH PROFICIENCY COMPETITION (SEPC)
HMJ PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI – FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
QUIZ CONTEST WINNERS
May 2nd and 3rd, 2009


Here are the winners for Quiz Contest in The 11th Student English Proficiency Competition (SEPC) by Students Association of Language and Art, Teacher Training and Education Faculty, University of Lampung. Congratulation for all participants.

1st Winner : SMA Fransiskus Bandar Lampung
Sendy Gunawan
Edward Samuel
Michael Wiguna

1st Runner Up : SMA Negeri 9 Bandar Lampung A
Faldano Malik
Wahyu Suseno
Surya Prasetya

2nd Runner Up : SMA Negeri 9 Bandar Lampung B
Rezna Dwi A
Benny S
Bayu Aji

The Judges:
Mr. Syofian Hadi
Mr. Blane Mays
Ms. Guryati, S.S.



LET’S TALK ABOUT MARRIED

Written by Syofian Hadi

“Pak Hadi sudah berkeluarga?”, “Di, sudah menikah belum?”.
Dulu, bila ada pertanyaan dilontarkan seperti itu yang saya merasa biasa-biasa saja. Tapi belakangan kok makin sering ya? Apakah saya sudah tampak seperti bapak-bapak? Apa saya tampak seperti orang kesepian dan gelisah? Apa ini sudah waktunya?. Belum lagi ungkapan-ungkapan dari teman-teman seperti “Hari gini masih jomblo? Nikah dunk!”, “Makan sendirian? Kasian deh lo!”, “Malem minggu sendirian? Ngapel dunk ma istri!”, “Di, alhamdulillah saya sekarang sudah jadi Ayah, kamu kapan nyusul”. Hufff, terkadang saya sempat su’udzon seakan-akan mereka sedang menyindir saya. Saya hanya bisa mengamini. Niat sudah ada, persiapan? Nah, itu dia.

Belakangan juga ada beberapa teman -yang sebelumnya sempat meminjam buku-buku saya seperti Kado Pernikahan untuk Istriku – Fauzil Adhim, Pernikahan Dini – Abu Al-Ghifari, Nikah Dini Kereeeeeen! – Haekal Siregar, Jangan Telat Menikah – Riyadh Al-Muhaisin, Aku Ingin Menikah, Tapi…. – Salman bin Zhafir, dan beberapa buku lainnya- ‘curhat’ kalau mereka ingin segera menikah, ada yang sudah masuk proses ta’aruf, lamaran, bahkan sudah ada yang menyebar undangan. Alhamdulillah. Tapu benak saya bertanya-tanya, “Lho, ini kok pada bicara nikah semua ya?”.

Ketika saya membuka www.eramuslim.com empat hari yang lalu, halaman depannya pun ada yang berjudul MARI KITA BICARA TENTANG MENIKAH. Glek, kok nikah lagi? Saya benar-benar tidak sengaja, padahal niat saya adalah ingin mengikuti berita terbaru mengenai saudara-saudara kita di Palestina. Tetapi bola mata saya tertuju pada judul artikel tersebut, tangan saya menarik mouse dan jari telunjuk mengkliknya. Nah, ini baru benar-benar bicara soal nikah. Isinya bagus sekali, bisa jadi referensi. Bu Siti Aisyah Nurmi, boleh ya saya copy, semoga ibu dan eramuslim berkenan. Semoga bisa bermanfaat buat saya dan teman-teman yang membacanya. So, let’s talk about married!

Mari kita bicara tentang MENIKAH (1)
Menikah merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Menikah juga merupakan sebuah peristiwa sosial dan masa inisiasi bagi anak manusia dalam proses kedewasaannya. Seseorang menunda menikah karena berbagai alasan. Di masa dimana dekadensi moral semarak, seharusnya pernikahan semakin disegerakan. Namun ternyata yang terjadi adalah sebaliknya.

Mengapa belum siap menikah?
Dewasa ini, jika ada seseorang ditanya apakah sudah siap menikah?
Banyak yang menjawab dengan standar-standar materiel atau kebendaan: Kalau sudah punya pekerjaan, kalau sudah punya tabungan, kalau sudah punya rumah dan lain sebagainya. Apakah itu semua memang hal-hal terpenting untuk disiapkan oleh yang akan menikah? Banyak bujangan yang sudah memiliki itu semua bahkan sudah dalam jumlah dan kualitas materiel yang lebih dari cukup, ternyata mengaku masih belum siap menikah.

Jadi apa yang membuat seseorang merasa belum siap menikah?
Kesiapan menikah adalah masalah kesiapan mental.
Menikah merupakan langkah penting yang oleh Nabi SAW dikatakan bernilai ”separuh agama”.
Seorang yang melaksanakan pernikahan akan mengalami berbagai akselerasi dalam kehidupannya sehingga kematangan kepribadiannya-pun dapat lebih cepat terwujud.
Dalam budaya kita bahkan seorang anak yang sudah menikah akan lebih dihargai dalam keluarga besarnya dibanding dengan saudaranya yang belum menikah.

Apakah pemuda memang sebaiknya segera menikah, ataukah sebaiknya menunda hingga ”lebih siap” atau ”lebih matang”?
”Lebih siap” atau ”lebih matang” sangat relatif. Sebagian dari keraguan seseorang untuk melangkah ke jenjang pernikahan sebenarnya disebabkan oleh prasangka-prasangka yang belum tentu benar. Bahkan di perkotaan, usia menikah anak muda semakin lanjut, seolah semakin tinggi pendidikan dan taraf hidup justru semakin ragu untuk menikah.
Mestikah demikian? Mengapa demikian?
Apakah sebenarnya kabut yang menghalangi tersebut?
Mungkin poin-poin di bawah ini perlu direnungi:
Pertama, kepada semua bujang dan gadis. Fahamilah bahwa menikah adalah sunnah Nabi SAW. Dengan pemahaman bahwa menikah adalah sunnah, seharusnya tidak ada lagi yang mengatakan ”tidak suka”, ”tidak mau”, ”gak penting” dan sebagainya. Bahwa jodoh datang dengan waktu yang tak dapat diprediksi, itu hal lain. Mempersiapkan mental untuk menerima pernikahan kadang memang sulit bagi orang-orang tertentu, tapi demi kebaikan dirinya sendiri, sebaiknya tidak usah membenci pernikahan. Umumnya yang menolak pernikahan dengan keras memang pernah punya trauma atas kasus-kasus pernikahan yang pernah dilihatnya. Sebagian lagi menunda-nunda pernikahan karena terkena berbagai prasangka tadi. Ada pemuda yang khawatir tak dapat memberi makan istri dan anak, ada juga pemudi yang enggan melangkah ke jenjang pernikahan karena khawatir pendidikannya terganggu. Tak mungkin Nabi Saw yang mulia mencontohkan sesuatu yang tidak baik bagi kita.

Kedua, bagi para bujang dan gadis, setelah memahami kedudukan menikah dalam Islam, maka kenalilah diri sendiri. Berada di titik manakah anda? Secara umum menikah adalah sunnah Nabi SAW yang sangat dianjurkan bahkan nyaris wajib. Namun dalam penerapan hukumnya, kadang seseorang pada suatu saat dapat dikatagorikan sudah wajib menikah, sunnah (lebih baik) jika segera menikah, atau kurang baik jika menikah segera atau bahkan mungkin juga seseorang pada saat tertentu dianggap tidak baik atau haram menikah. Maka kenalilah anda termasuk yang mana.
Jika anda sudah sering merasa terganggu dengan celotehan tentang menikah, jika anda termasuk syahwat tinggi, jika anda sudah cukup matang dan siap dan lain-lain lagi...maka ada kemungkinan anda sudah wajib menikah. Jika anda senang dengan pembicaraan tentang menikah, sudah cukup matang dan tak ada halangan lain selain belum ketemu jodohnya, atau jika anda termasuk penyayang dan lain-lain, maka anda bisa jadi termasuk lebih baik cepat menikah. Namun jika anda berjiwa labil sementara anda pria, dan anda sering emosi tak menentu seperti anak kecil untuk hal kecil, egois, dan lain-lain sebab...mungkin anda sebaiknya memperbaiki diri dulu sebelum mengajak orang lain hidup bersama anda.

Ketiga, kepada para bujang dan gadis, perluaslah wawasan dan informasi YANG BENAR tentang pernikahan. Jangan bertanya tentang pernikahan kepada orang-orang yang mempunyai pengalaman pernikahan yang pahit. Pengalaman seseorang tidak mesti akan dialami oleh semua orang. Bahkan setiap pengalaman buruk sebenarnya dapat dianalisa. Dan yang paling penting, berdoalah agar pengalaman buruk orang lain tak terjadi pada diri kita.
Mencari informasi juga dapat dilakukan dengan membaca berbagai buku terkait. Jika dalam buku-buku tersebut ditemukan berbagai pengalaman indah atau berbagai harapan indah tentang pernikahan, maka yakinilah hal ini: Hidup tak selalu ”taman bunga”, ada masa indah, tapi ada masa sulit. Sikap positif dan realistik Insya Allah akan bermanfaat dalam menghadapi ujian maupun nikmat hidup ini. Sebaliknya jika mendapatkan informasi yang menciutkan hati, hendaknya selalu memasang sikap optimis dan tawakkal pada Allah SWT, Insya Allah selamat.

Keempat: bagi para bujang dan gadis: Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang tugas dan kewajiban masing-masing pihak dalam pernikahan. Semakin banyak yang kita ketahui semestinya membuat kita semakin siap melangkah. Namun harus difahami juga bahwa selalu ada proses adaptasi atau peralihan. Proses adalah sunnatullah, segala sesuatu ada prosesnya, dan adaptasi juga merupakan sunnatullah dalam hidup.

Kelima: bagi para orangtua bujang dan gadis: Permudahlah pernikahan putra-putri anda. Sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al Qur’an yang berbunyi: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS 24:32).
Dengan adanya perintah yang demikian jelas, tak ada alasan bagi para orangtua ketika jodoh sudah datang bagi anak-anaknya ia masih saja menunda-nunda pelaksanaan pernikahan mereka.

Setelah merenungi poin-poin tersebut, coba tanyakan lagi pada diri anda: sudah siapkah?

-Jawabku: Yes, I’m ready, I’ll make it soon! But not now. (ohw, is it called ready?)
Eeeiit..ternyata masih ada halaman berikutnya. Check this out!

Mari kita bicara tentang MENIKAH (2)

Bicara tentang MENIKAH, seringkali orang hanya mengasosiasikannya dengan kebutuhan individu, urusan pribadi, atau paling jauh urusan keluarga besar si calon pengantin. Padahal, pernikahan yang sah dan suci merupakan salah satu tiang penopang kesucian masyarakat. Bahkan pernikahan sah dan suci merupakan hajat dari masyarakat itu sendiri.

-Perkawinan sebagai kemaslahatan sosial
Bicara tentang MENIKAH, seorang ulama pakar Pendidikan Anak dalam Islam Dr Abdullah Nashih Ulwan berpendapat bahwa menikah dapat dikatakan sebagai kemaslahatan sosial.
Pertama, Menikah melindungi kelangsungan species manusia.
Allah SWT Sendiri Yang telah menjelaskan dalam Kitab-Nya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS AnNisa ayat 1)

Dan juga di ayat lain pada Kitab yang sama:
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari ni`mat Allah?" (QS An Nahl ayat 72)

Sepertinya sisi manfaat yang ini agak kurang dibahas secara mendalam dalam khutbah-khutbah nikah maupun buku-buku yang menganjurkan menikah. Namun beberpa waktu yang lalu ada berita bahwa sejumlah pria mengajukan permintaan kepada lembaga-lembaga terkait agar mereka diperkenankan mempunyai anak kandung tanpa menikah. Caranya? Ada yang minta dibuatkan bayi tabung dari ibu yang entah siapa (tanpa mau berinteraksi dengan ibu si bayi), ada yang bersedia sewa rahim wanita dan lain-lain. Coba lihat di link ini: http://www.youtube.com/watch?v=XafVKjxA-EM.
Agak mengerikan memang, jika kita melihat perkembangan dunia barat yang semakin hari semakin melucuti fitrah dan berusaha memasang kembali dengan rekaan sendiri. Seolah seperangkat fitrah adalah potongan jigsaw puzzle yang dapat dibongkar pasang semaunya dengan urutan yang berbeda.

Kedua, Perkawinan melindungi keturunan.
Anak yang lahir melalui pernikahan yang sah memiliki suatu rasa aman tersendiri dalam hal status. Meskipun mungkin seseorang tak pernah memikirkan rasa aman ini dalam kehidupannya sehari-hari, namun dampak absennya rasa aman ini justru dapat dilihat pada anak-anak yang lahir dengan asal-usul yang dirahasiakan ibunya. Menurut Abdullah Nashih Ulwan: “Sekiranya tidak ada perkawinan yang disyariatkan Allah, niscaya masyarakat …….Yang demikian itu adalah yang sangat berat bagi nilai-nilai moralitas yang menyebabkan timbulnya kerusakan dan sikap permisif”[1]

Ketiga, Melindungi masyarakat dari dekadensi moral.
Tersebarnya berbagai kemaksiatan dewasa ini sudah sangat tampak di permukaan. Jika zaman dulu orang masih malu-malu untuk berpacaran di muka umum, semakin tuanya umur dunia ini orang semakin berani memamerkan kemaksiatannya. Sebagian sebab tersebarnya kemaksiatan ini adalah karena dewasa ini lembaga perkawinan sudah semakin diserang oleh perang pemikiran sehingga mulai timbul keengganan kaum muda untuk segera menikah. Pasangan sah yang suci menjadi tidak penting, manakala masyarakat sudah semakin permisif terhadap hubungan di luar nikah, maka lembaga perkawinan semakin dijauhi, dan kerusakan moral semakin sulit dibendung.

Keempat, Melindungi masyarakat dari penyakit.
Sebagaimana dengan yang ketiga tadi, semakin dijauhinya lembaga pernikahan maka masyarakat sebenarnya semakin dirugikan. Berbagai penyakit sudah puluhan tahun dikenali sebagai penyakit akibat hubungan sex bebas. Semakin banyak aktivitas haram ini, maka semakin luas dan banyaknya penyebaran penyakit terkait perilaku sex bebas. Bahkan kemudian bermunculan jenis baru atau varian baru dari penyakit lama. Beberapa varian penyakit bahkan sudah berkembang mematikan dan sulit diobati. Kemudian sudah diketahui bahwa penyakit seperti AIDS yang penyebaran utamanya lewat sex bebas ternyata juga dapat membahayakan keturunan maupun anggota keluarga si sakit. Bukan hanya si pendosa yang terkena dampaknya, tapi juga orang sekeliling.

Kelima, Menumbuhkan ketentraman rohani dan jiwa.
Dengan tegas Allah SWT Menyatakan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS Ar Rum 21)

Merasa tentram merupakan janji Allah SWT setelah kita melakukan ketaatan menjalankan syariat Allah yaitu pernikahan sah, yang kemaslahatannya bagi manusia itu sendiri. Bahkan Allah juga Menjadikan rasa sayang dan kasih (Mawaddah dan rahmah) antara dua anak manusia yang semula asing dan tidak bertalian darah, kemudian dipersatukan oleh tali dari Allah SWT. Berapa banyak persoalan masyarakat yang timbul disebabkan oleh keresahan dan kegelisahan satu atau lebih anggota masyarakat?
Jika seseorang gelisah, ia berpotensi menyebabkan orang lain gelisah, ia juga berpotensi membuat orang lain bahkan marah karena tingkah lakunya yang tidak baik. Banyak keburukan yang mungkin timbul yang bersumber dari kegelisahan seseorang yang tak terkendali. Pernikahan memberikan ketentraman ini. Berarti pernikahan telah turut serta secara aktif mengatasi ancaman serius yang mungkin dihadapi masyarakat akibat resahnya seseorang.

Keenam, Kerjasama suami istri mendidik anak sebagai bagian dari tugas sebagai anggota masyarakat.
Dengan mengucapkan janji setia untuk hidup bersama di hadapan Allah Azza wa Jalla, sepasang insan yang menikah telah membangun sebuah komitmen bersama untuk mencetak generasi masa depan. Masyarakat, sebagai sebuah kumpulan sosial, membutuhkan regenerasi para pemain dan pengambil keputusan. Para tokoh hari ini akan menjadi sejarah di masa depan, sementara kanak-kanak hari ini adalah para penggantinya. Kita sudah membahas dalam rubrik ini sebelumnya, tentang pentingnya masa kanak-kanak dalam pembentukan kepribadian yang sehat, maka kita segera sadar betapa pentingnya peran lembaga keluarga dalam merajut masa depan masyarakat tersebut. Dengan melihat betapa pentingnya masa kecil dalam membentuk kepribadian yang sehat, maka keluarga yang baik dengan ayah dan ibu yang bekerjasama mendidik anak-anaknya adalah elemen penting sebuah masyarakat.
Di dalam pernikahan yang suci juga akan tumbuh fitrah rasa kebapakan dan fitrah rasa keibuan pada diri pasangan suami istri tersebut saat mereka mulai dikaruniai amanah anak.
Begitulah, ternyata menikah bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga urusan masyarakat. Semakin tertibnya suatu masyarakat dalam penataan keluarga maka semakin baik pula keadaan masyarakat itu sendiri. Anak-anak terdidik dengan baik di keluarga-keluarga yang baik, para bapak merasa tentram dalam pernikahannya dan demikian juga para istri. Para pemuda yang sudah sanggup menikah segera menikah tanpa beban mental karena masyarakat mendukung sepenuhnya, sementara para pemudi aman dari keisengan pemuda jalang sebab masyarakat ini tidak memilikinya. Penyakit menular akibat hubungan sex bebas tak menghantui masyarakat, generasi muda terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya.

Pada gilirannya, generasi pengganti yang lahir adalah generasi yang sehat, berkepribadian kuat dan akhlaq mulia. Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, Insya Allah.

[1] Pendidikan Anak Dalam Islam, Dr Abdullah Nashih Ulwan, hal 7, Pustaka Amani Jakarta