"Kapan mau nikah?"
Atau,
"Usaha, dong!"
Atau,
"Terlalu banyak memilih, sih!"
Atau,
"Kenapa sih, kamu belum nikah?"
Atau,
"Sebenarnya mau menikah atau tidak?"
Dan berbagai macam versi lainnya. Jengah mendengarnya.
Saya ingin tahu: sejatinya, Orang-orang seperti ini, sebenarnya belum
sempurna akalnya, atau memang belaka sudah mati perasaannya?
Untuk orang yang pacaran, saya lebih sering anjurkan percepatlah. Jangan
ditunda. Karena dia sudah ada calon, daripada berlama-lama. Nikah belum
tentu. Dosa bisa terus terjadi sewaktu-waktu.
Sedang bagi yang
belum... ah, kau tidak tahu. Apakah dia sudah berusaha atau belum.
Kalau kau tidak punya akses yang valid untuk mengetahuinya, jangan
pelihara asumsi buruk di dalam kepala.
Jujur:
Saya
muak melihat orang-orang seperti itu. Orang-orang yang sudah mengantongi
kartu nikah, tapi menggunakannya dengan jalan yang salah. Sebab, mereka
bisa walimah juga karena izin Allah. Bukan murni lantaran ikhtiar saja.
Kalau mereka mau bantu, bantu yang baik. Jangan cuma pasang
prasangka, lalu keluar kata-kata tanpa memikirkan hati orang yang
mendengarnya. Pernikahan itu persoalan sensitif. Bagi laki-laki, bisa
dianggap harga diri. Bagi perempuan, itu terkait citra di masyarakat.
Yang saya ingin tanyakan:
Mereka sedang memotivasi atau menyakiti?
Jika syariah mengizinkan, ingin sekali saya pelintir lidah orang-orang
itu. Ketahuilah: orang yang belum menikah bukan berarti mereka tidak
berusaha. Bukan berarti tidak mau. Tapi, Allah memang belum
mengizinkannya. Daripada kita malah menambah bebannya, bantu doa dan
berhati-hatilah dalam berkata.
Itu juga kalau merasa masih
saudara seagama. Jika tidak, lakukan apa yang kau suka. Toh, mungkin,
ada orang-orang yang menganggap status walimahnya sebagai piala. Yang
bisa dibangga-bangga untuk menghina dan merendahkan yang lainnya.
Tenang saja untuk ikhwan dan akhwat yang sedang berupaya. Possitive
thinking ana untuk kalian. Jangan panik gara-gara kelakuan beberapa
orang, yang miskin adabnya. Luruskan niat walimah kalian. Untuk Allah,
bukan untuk meladeni mulut-mulut nyinyir. Yang jahat, faqir tata
krama...
setuju banget...ngapain sih orang-orang itu repot ngurusin hal yang pribadi dari seseorang,
BalasHapusUtamakan saja prasangka baik. kalo bisa dibantu ya dibantu, daripada dikompor2i begitu. kita bisa perhatikan prosesnya.
HapusHadi...so deep^^
BalasHapusJadi istighfar juga mungkin pernah berlaku demikian:(
Hmm, jadi apa yang bisa Mba bantu Di???hihihi;)
Hehehe.. teteh gak pernah gitu kok. Bantu doa aja ya teeh.. nanti di hari H bantu beli kulkas, TV, AC, dll hehee...
Hapus